Nasional

Isi Kemerdekaan, Nahdliyin Harus Jadi Pemain

NU Online  ·  Ahad, 19 Agustus 2018 | 21:30 WIB

Jakarta, NU Online
Peringatan HUT RI selalu meriah termasuk oleh warga NU. Bagi NU peringatan HUT RI adalah bentuk kecintaan kepada tanah air. Dan cinta tanah air adalah bagian dari iman.

Peringatan HUT RI, bagi NU, juga membawa pesan bahwa kemerdekaan RI yang diproklamasikan Soekarno-Hatta tidak lepas dari peranan para ulama NU. Sudah selayaknya warga NU menjadi pemain dalam mengisi kemerdekaan, bukan hanya menjadi penonton.

Ketua PC GP Ansor Jakarta Barat, Alfanny dalam Tasyakuran Kemerdekaan Rijalul Ansor Jakbar, Jumat (17/8) di Pesantren Fathul Huda Kamal, mengatakan untuk menjadi pemain di berbagai sektor, warga NU harus berjamiyah, berorganisasi baik melalui Ansor, Fatayat, IPNU-IPPNU dan Banom NU lainnya.

"Bersatunya warga NU akan menaikkan posisi tawar NU sehingga kader-kader NU dapat dipercaya menduduki posisi-posisi strategis di Republik ini," urai Alfanny.

Pada momen yang sama, Ketua Rijalul Ansor Jakbar, Ustadz Yusuf Ismail mengatakan bahwa warga NU harus menjaga akidahnya dari aliran-aliran radikal dan sesat yang marak belakangan ini.

"Saat ini sudah jadi kebutuhan mendesak bahwa warga NU harus mendalami akidah Aswaja untuk menangkal radikalisme yang ingin meruntuhkan NKRI dan mengikis paham Aswaja dari bumi Nusantara," papar Ustadz Yusuf Ismail.

Tasyakuran kemerdekaan yang diadakan Rijalul Ansor tersebut didahului oleh ziarah kader Banser Jakarta Barat ke beberapa makam ulama pejuang di Jakarta Barat. Dalam Tasyakuran yang dihadiri ratusan jamaah tersebut juga dihadiri Ketua LBH Ansor Indra Gunawan dan para ustad Rijalul Ansor, serta para ketua RT dan RW di lingkungan Tegal Alur dan Kamal. 

Dari Bandung, Jawa Barat dilaporkan, perayaan HUT ke-73 RI dilakukan mulai menjelang 17 Agustus di mana para siswa atau santri sudah menghias dan mendekorasi beberapa tempat dan ruangan dengan ciri khas kemerdekaan.

Dekorasi di ruang kelas atau kobong (tempat tidur santri) seperti umbul-umbul merah putih, bendera-bendera kecil dan lainnya. Kelas-kelas pun dihias sedemikian rupa, selain untuk perayaan Kemerdekaan juga untuk lomba menghias kelas yang biasanya ada setiap tahun.



Itulah kemeriahan HUT RI di PKMW Taman Belajar Al-Afifiyah, Kopo pada Jumat (17/08). Suasana aula  pun menjadi sangat ramai. "Puluhan santri berada di dalam maupun luar aula tersebut," kata Yogi salah satu santri PKMW Taman Belajar Al-Afifiyah.

Keseluruhan acara pada hari itu dimulai dari pagi hari, di buka dengan tawasul kepada para pejuang, para masayikh Nahdlatul Ulama yang banyak berperan untuk negeri ini. Acara lalu dilanjutkan doa bersama untuk negeri dipimpin oleh Kang Dera, salah satu kader Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU) Kecamatan Babakan Ciparay.

Pembukaan resmi ditandai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh para santri dan santriwati yang memenuhi aula taman belajar asuhan KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi, yang juga Sekretaris PCNU Kota Bandung.

Agenda hari itu semakin meriah dengan aneka perlombaan seperti lomba balap karung, tusuk balon, estafet air dan lomba-lomba khas tujuhbelasan. "Senang sekali setiap momen perayaan Kemerdekaan 17 Agustus, karena kami bisa berkumpul dan mengikuti berbagai perlombaan. Saya sangat bangga bisa menjadi panitia HUT RI kali ini, karena ini salah satu bukti kalau kami sangat mencintai negeri kami Idonesia Raya," ucap Sani salah satu santriwati.

Pengurus Ikatan Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Bandung itu pun menambahkan, para santri harus dibentuk mentalnya untuk merasakan kesatuan dan kebhinekaan dalam berbangsa dan bernegara. "Kecintaan kepada negara perlu ditanamkan dalam diri setiap santri," tambahnya. 

Sesungguhnya, tidak hanya kemeriahan yang diharapkan, tetapi juga dapat mengajarkan makna perjuangan dan sikap menjaga kemerdekaan yang telah dirasakan selama 73 tahun ini. (Zen/Sandi Nurfadilah/Kendi Setiawan)