Nasional

IPNU Harus Jawab Kebutuhan Pelajar dan Santri

Ahad, 20 Oktober 2019 | 03:30 WIB

IPNU Harus Jawab Kebutuhan Pelajar dan Santri

Hasan Chabibie saat menjadi narasumber pada Ngaji Riset di Pondok Pesantren Minhadlul Ulum, Pesawaran, Lampung, Sabtu (19/10). (NU Online/Syakir NF)

Lampung, NU Online

Cepatnya perkembangan dunia saat ini membuat dinamika tantangan para pelajar dan santri semakin kompleks. Hal tersebut menuntut kebutuhan-kebutuhan baru yang belum terfasilitasi oleh berbagai pegiat pendidikan.

 

"Inisiatif luar biasa bagi rekan-rekan IPNU untuk bisa bicara kebutuhan dari pelajar Indonesia," kata Kepala Bidang Jaringan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hasan Chabibie saat menjadi pemateri Ngaji Riset dalam Konferensi Besar (Konbes) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di Pondok Pesantren Minhadlul Ulum, Pesawaran, Lampung, Sabtu (19/10).

 

Perwujudan hal tersebut dapat memenuhi misi Indonesia sebagai fokus kinerja presiden ke depan, yakni SDM unggul Indonesia maju. Menurutnya, pembangunan hal ini memang tidak terlihat secara siginifikan seperti pembangunan bersifat fisik, seperti jalan, bendungan dan bandara.

 

Pasalnya, dalam pembangunan SDM ini terdapat tantangan yang cukup berat. Sebab, skor Programme for International Student Assessment (PISA), Indonsia berada di posisi ke-62 dari 70 negara.

 

Oleh karena itu, semakin banyak yang turun tangan berupaya menyelesaikan persoalan tersebut, akan semakin baik. "Beberapa ikhtiar aktivitas memungkinkan kerja bersama. Program ke depan persoalannya di sini," katanya.

 

Menurut Hasan, hal yang menjadi sorotan adalah pembentukan karakter pelajar di era milenial. Jika IPNU mempunyai tawaran baik, Kemendikbud akan sangat welcome dengan hal tersebut. Hal ini penting mengingat persoalan radikalisme dan pemanfaatan teknologi sudah menjalar ke ranah pelajar.

 

Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Wilayah IPNU Jawa Tengah itu menjelaskan bahwa karakter santri sudah terlihat. Ia menceritakan bagaimana Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo KH Abdullah Kafabihi Mahrus Ali berlutut di hadapan gurunya, KH Dimyati Rois, sembari mencium tangannya. Karenanya, pemunculan karakter pelajar menjadi PR IPNU.

 

"Anda masih punya PR bagaimana mem-banchmarket karakter pelajar. Saya harap IPNU-IPPNU mempunyai tawaran di era medsos sebagai sebuah karakter pelajar," ujarnya.

 

Oleh karena itu, Hasan mengingatkan agar IPNU dapat menjawab kebutuhan siswa, bukan apa yang menjadi maunya pengurus. Hal itu bisa dilakukan dengan identifikasi dan riset sederhana, apa yang betul-betul menjadi kebutuhan pelajar dan santri.

 

"Itu akan menjadi legasi yang akan terus menggelinding terus. Istikamah dilakoni sehingga kemudian tulis apa yang kamu lakukan dan lakukan apa yang sudah kamu tulis," pungkasnya.

 

Pewarta: Syakir NF

Editor: Aryudi AR