Nasional

Inovasi UMKM Hadapi Covid-19

Rab, 10 Juni 2020 | 22:30 WIB

Inovasi UMKM Hadapi Covid-19

Ranah digital menjadi 'kolam' baru selama pandemi. Pelaku UMKM harus bisa memanfaatkan media sosial sebagai kanal baru bisnis agar mendatangkan pelanggan atau bahkan membuka pasar baru.

Jakarta, NU Online
Covid-19 telah menciptakan banyak sekali kesulitan, dari aspek sosial hingga ekonomi. Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut kemungkinan persentase penduduk miskin meningkat menjadi 10-12 persen karena pandemi ini. Data dari Badan Pusat Statistik pada 2019 menunjukkan bahwa jumlah penduduk mencapai 24,97 juta jiwa atau sekitar 9,2 persen. 

 

Hal ini juga berdampak terhadap kehidupan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia, yang merupakan tulang punggung ekonomi riil bangsa Indonesia. Lebih menyedihkan lagi, ini adalah kerapuhan kehidupan ekonomi puluhan juta keluarga. 

 

Kaprodi Teknik Industri Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Suryandaru menegaskan meski dihadapkan pada situasi krisis, masyarakat harus tetap optimis. Menurut dia, Tuhan menganugerahi rasa lapar, rasa kecewa, rasa sedih, rasa cemas, dan rasa takut untuk menjadi api pemantik agar kita bisa lebih menikmati rasa kenyang, rasa senang, rasa ceria, rasa tentram, dan rasa berani yang bermuara pada kebahagiaan. 

 

"Hanya saja, apakah api pemantik itu akan menghasilkan energi buruk membakar jiwa kita, atau kita mampu mengkonversi energi tersebut menjadi kekuatan untuk mewujudkan mimpi dan harapan," katanya, Rabu (10/6).

 

Saat ini, pandemi Covid-19 menyebabkan UMKM berada di masa transisi tersulit dengan aliran cashflow bermasalah, sisi hulu menjadi terbatas dan biayanya meningkat. Sisi hilir pasar kian menyempit, permintaan berkurang drastis. Semua kesulitan ini belum ditambah beban kewajiban pembayaran gaji, listrik, kredit, dan banyak lagi. 

 

"Tidak terkecuali kami nanoventure.tech yang merintis usaha rintisan berbasis teknologi dari kecil, ikut merasakan dampak," kata VP Academic and Research, International Council for Small Business (ICSB) Kepulauan Bangka Belitung.

 

Pihaknya menyebutkan, uang itu tidak pernah hilang atau lenyap, masih ada tersimpan di kantong masyarakat, swasta dan pemerintah. Hanya saja, cara spending (menghabiskan uang) yang saat ini jadi berbeda.

 

"Masyarakat mengamankan uangnya untuk kebutuhan pokok seperti pangan dan kesehatan, dan menekan pengeluaran kebutuhan sekunder dan tersier seperti sandang, papan, dan mobilisasi," imbuh Suryandaru.

 

Pada kondisi pasar berbeda, UMKM tidak bisa lagi menggunakan cara yang sama, harus gunakan cara berbeda dan inovatif. Karena itu, diperlukan solusi yang berdasarkan inovasi. Inovasi di masa transisi adalah salah satu kunci sukses bertahan bahkan tumbuh dan jadi berbeda. 

 

"Kondisi sulit akan melahirkan ketangguhan, kewaspadaan, dan keberanian bahka 'nekat' untuk mencoba hal baru. Sehingga, bisa jadi kondisi new normal kali ini, adalah kesempatan baru bagi UMKM Indonesia bertransformasi menjadi pemenang di persaingan global," ungkapnya.

 

Ia pun menyebutkan beberapa inovasi yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan keadaan di masa Covid-19. Dari sisi finansial, para UMKM dapat melakukan penghematan biaya produksi dan operasional dengan menghitung ulang kebutuhan modal dan penjualan.

 

Penting diperhatikan bahwa setelah pandemi berakhir dan juga kondisi new normal, diprediksi akan terjadi lonjakan permintaan atas suatu kebutuhan tertentu. "Sehingga, kita diharuskan menyiapkan rencana produksi dengan momentum yang tepat," ujarnya.
 


Langkah berikutnya, berjejaring dengan UMKM lain, karena dapat mendatangkan kesempatan yang tak terduga. Saat ini terdapat lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia. Hal ini juga dapat dilanjutkan dengan melakukan kerja sama atau kolaborasi.

 

Selain itu, ranah digital merupakan ranah yang menjadi 'kolam' baru selama pandemi ini. Pelaku UMKM harus bisa memanfaatkan media sosial sebagai kanal baru bisnis anda untuk mendatangkan pelanggan atau bahkan membuka pasar baru.

 

Koordinasi perusahaan pada saat ini dapat dilakukan secara online sementara kegiatan operasional dilakukan dengan tetap mematuhi pedoman social distancing. "Dan, melakukan pivot bisnis atau perubahan model bisnis ke arah yang lebih profitable dan cepat di era pandemi ini," tegasnya.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad