Nasional

Ini Tantangan NU dan Santri Mengawal Arus Peradaban Baru

NU Online  ·  Ahad, 11 November 2018 | 11:00 WIB

Ini Tantangan NU dan Santri Mengawal Arus Peradaban Baru

Gus Ipang (berdiri) pada diskusi Cangkir Sembilan

Surabaya, NU Online
Saat ini sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Dan para santri diharapkan bisa memiliki peran di tengah arus peradaban baru. Momentum peringatan hari pahlawan dapat dijadikan pelecut untuk merefleksikan perjuangan para pendahulu. Dan lewat forum Cangkir Sembilan, sejumlah catatan disampaikan narasumber kepada generasi santri pos milenial. 

Era revolusi industri 4.0 merupakan istilah industri baru yang dikenal dengan era industri 4.0 atau internet of things, human-machine interface, teknologi robotik dan sensor. “Teknologi tersebut menjadi tanda bahwa di era ini, aspek kehidupan akan memasuki dunia virtual. Efek dari penerapannya adalah efisiensi produksi dan terjadi peningkatan produktivitas serta daya saing,” kata Irfan Wahid, Sabtu (10/11). 

Menurut putra KH Salahuddin Wahid ini, NU harus memasukkan pengetahuan literasi digital dalam kurikulum pendidikan. Santri juga harus mempelajari pemasaran digital. “Yang terpenting adalah santri harus mampu mengubah mindset penggunaan digital yang menjadi lebih produktif, tidak hanya konsumtif,” jelasnya. 

“Kita berharap santri siap dengan sejumlah tantangan dan tidak cuma bisa baca kitab. Tapi melek teknologi, ekonomi, serta sains,” kata Ketua Pokja Industri Kreatif Komite Ekonomi Industri Nasional atau KEIN ini.

Selain Gus Ipang, hadir pula empat pembicara lain yakni Ustadz Ma’ruf Khozin. Ketua Aswaja NU Center Jatim ini berbicara soal dakwah santri di era digital. Juga ada Fauzi Priambodo selaku pendiri dan pemilik Teamwork, Hari Usmayadi selaku Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Ta’lif wan Nasyr NU dan Abdul Rachman, dari Nujek.

Gus Najib Ketua PW LTN NU Jawa Timur ini mengatakan forum ini dikemas sederhana mungkin. “Jangan dibandingkan dengan kegiatan serupa di televisi,” sergahnya.

Sebelum dimulai, forum cangkruk dan pikir sambil tahlilan atau Cangkir Sembilan yang merupakan diskusi ringan tersebut diawali dengan pembacaan tahlil. Pahalanya ditujukan kepada arwah para pahlawan Republik Indonesia dan para korban insiden viaduk Surabaya Membara.

Kegiatan diselenggarakan di kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya. (Rof Maulana/Ibnu Nawawi)