Nasional

Ini Pesan Ahli Waris Kanjeng Sunan Kalijaga kepada Pegiat Nahdlatul Ulama

NU Online  ·  Senin, 26 Februari 2018 | 12:00 WIB

Demak, NU Online
Siapa saja, baik pengurus maupun anggota NU merupakan pejuang ulama. Dan bila hendak berkhidmat untuk umat, harus mau belajar dari pengalaman dan berkenan mempelajari perkembangan yang ada. Hal tersebut sebagaimana dilakukan Kanjeng Sunan Kalijaga dan Walisongo dalam berdakwah mengembangkan ajaran Islam.

“Saya berpesan jika ingin maju, jangan malas belajar. Tirulah Sunan Kalijaga,” kata sesepuh yang juga ahli waris Kanjeng Sunan Kalijaga Kadilangu Demak, Eyang Sepuh H Rachmat, Sabtu (24/2).

Pesan tersebut disampaikan Eyang Sepuh H Rachmat saat menerima rombongan Pengurus Cabang NU Kabupaten Karawang, Jawa Barat yang melakukan silaturahim. 

Baginya, sebelum dan sesudah berdakwah harus mempelajari keadaan. “Saya yang sudah renta ini selalu belajar. Maka perkembangan yang ada di hadapan kita harus dipelajari, tantangan yang ada merupakan peluang,” urainya di pendopo Kadilangu.

Usai memberikan wejangan, Eyang H Raden Rachmat memberikan kenang-kenangan berupa minyak jamas kepada rombongan yang diterima secara simbolis oleh KH Ade Fatahillah.

Eyang H R Rachmat mengatakan bahwa minyak jamas merupakan minyak khusus yang digunakan untuk menjamas (mencuci pusaka) Kutang Ontokusumo dan Pusaka Kiai Crubuk milik Kanjeng Sunan Kalijaga yang dilaksanakan setiap 10 Dzulhijjah.

“Minyak ini sebagai tanda hati, semoga perjuangan panjenengan semua muncul dari hati nurani serta agar perjuangan Kanjeng Sunan Kalijaga bisa sebagai dasar perjuangan NU Karawang ke depan,” tuturnya.

Sementara itu Rais Syuriyah PCNU Demak, KH Zainal Arifin Ma’shum menekankan tekat perjuangan pengurus NU untuk selalu mengutamakan dan mengedepankan keikhlasan. “Karena dasar itu akan menentukan kebijakan untuk melangkah menjalankan program,” katanya. Menurutnya, keikhlasan penting dalam berjuang agar saat menjalankan roda organisasi menemui kenikmatan, lanjutnya.

Rombongan studi banding PCNU Karawang yang berjumlah 165 orang tersebut terdiri dari rais syuriyah beserta jajarannya. Juga pengurus dari unsur tanfidziyah, lembaga, badan otonom, pengurus MWC se-Kabupaten Karawang dengan membawa tiga armada bus. (A.Shiddiq Sugiarto/Ibnu Nawawi)