Nasional

Ini Sepenggal Kisah Perjalanan Hidup Cicit Syaikhona Kholil

NU Online  ·  Selasa, 10 April 2018 | 21:00 WIB

Ini Sepenggal Kisah Perjalanan Hidup Cicit Syaikhona Kholil

Ra Kholilurrahman, Bangkalan

Jakarta, NU Online
Santri Buntet Pesantren Cirebon asal Bangkalan Madura, Darwis Isma'il mengungkapkan beberapa keunikan yang dialami KH Kholilurrahman atau Ra Lilur semasa hidup. 

Menurut Darwis, kabar Ra Lilur wafat sangat mendadak, sebelumnya tidak pernah ada kabar buruk apa pun berkenaan dengan waliyullahjadzab itu. 

"Sehari-hari beliau itu bertani, tetapi kadang kalau beliau tidak suka dengan orang, beliau berdiam diri di dalam rumah, atau bahkan menghilang entah ke mana," ungkapnya, melalui pesan singkat kepada NU Online, Rabu (11/4) dini hari. 

Di Bangkalan, pernah ada kejadian heboh saat Megawati Soekarnoputri mencalonkan diri sebagai Presiden. Ra Lilur yang biasanya hanya mengenakan kaus oblong putih dan celana tiga perempat, seketika berpakaian serba merah. 

"Menurut penafsiran orang-orang yang ada di Desa Banjar Kecamatan Galis, itu pertanda bahwa Bu Mega pasti memenangkan pemilu," kata santri ndalem Mustasyar PBNU, KH Adib Rofiuddin ini. 

Darwis menambahkan, seluruh politisi yang akan maju di perhelatan pesta demokrasi akan menang manakala telah mencium tangan Ra Lilur dan bercengkerama dengan Cicit Syaikhona Kholil itu. 

"Caleg, Cabup, atau bahkan Cagub, kalau bisa ketemu terus ngobrol dengan beliau insyaallah menang. itu karena saking susahnya seorang wali ditemui," kata Darwis. 

Alumni Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Buntet Pesantren Cirebon itu mengatakan bahwa pernah juga Ra Lilur membakar Pondok Pesantren Nurul Kholil kepunyaan Syaikhona Kholil di Bangkalan. Namun, hal itu bukan tanpa sebab. 

"Beliau pernah membakar pondok Syaikhona Kholil. Nah, setelah dibakar, kemudian dibangun lagi dengan sangat megah. Bangunannya pun setinggi api yang membakar ketika itu. Pondok itu dibakar ketika zaman PKI. Artinya, ketika itu keluarga Syaikhona Kholil sedang terancam karena diserang PKI, maka Ra Lilur membakarnya agar dianggap musnah oleh PKI," tutur Darwis. 

Ada satu kejadian yang tak kalah uniknya. Darwis menuturkan, Ra Lilur juga dikenal senang hidup di pesisir, selain berkebun dan bertani. Ra Lilur kemudian membantu nelayan mendapat rezeki yang melimpah. 

"Kejadian unik itu, beliau pernah masuk ke jari-jarinya nelayan di pesisir. Dan Alhamdulillah setelah itu, nelayan gampang cari rezeki. Banyak dapat ikan, tidak seperti biasanya," pungkasnya. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Ra Lilur wafat pada Selasa, 10 April 2018 pukul 22.00 WIB di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Kabarnya, jenazah akan dikebumikan di komplek pemakaman Syaikhona Kholil, hari ini Rabu (11/4) siang. (Aru Elgete/Muiz)