Cirebon, NU Online
Tiba-tiba saja takbir begitu menggema di Gelanggang Olah Raga (GOR) Mbah Muqoyyim, Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, pada Kamis (5/4) dalam Halaqah Kebudayaan yang digelar dalam rangka Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren 2018.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,” teriak pemeran Kiai Abbas pada teatrikal peristiwa 10 November 1945 yang ditampilkan oleh Tim Kreatif Seni Alif (TKSA) Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kabupaten Cirebon.
Tentu saja mendengar takbir yang diujarkan penuh tenaga itu dari atas panggung, sontak ribuan santri yang memadati GOR itu membalas dan menyahut dengan meneriakkan takbir juga yang tidak kalah kencangnya.
Lain halnya dengan Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon KH Wawan Arwani ternyata tidak ikut-ikutan menggemakan takbir seperti pengunjung lainnya, malah ia membisikkan sesuatu kepada orang di samping kanannya, yakni Sujiwo Tejo.
“Itu takbir Allahu Akbar zaman dulu,” kata Kiai Wawan seperti diceritakan oleh Sujiwo Tejo pada orasi kebudayaannya.
Menanggapi hal itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga menyebutkan bahwa takbir saat ini seakan mengerikan.
“Takbir zaman dahulu penuh makna dan semangat perjuangan, tapi zaman sekarang sudah berbeda, bahkan cenderung disalahgunakan,” katanya.
Padahal menurut Imam Nahrawi, takbir zaman dulu membawa kemenangan dan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. (Syakir NF/Muiz)