Nasional

Ikatan Dokter Indonesia: PBNU Mitra Strategis Cegah Penularan Covid-19

Sel, 4 Agustus 2020 | 12:52 WIB

Ikatan Dokter Indonesia: PBNU Mitra Strategis Cegah Penularan Covid-19

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng Mohammad Faqih

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyampaikan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai mitra strategis bagi pemerintah untuk melakukan pencegahan penularan Covid-19.


“PBNU ini saya rasa satu ormas yang besar di Indonesia itu strategis dalam rangka melakukan pencegahan terhadap penularan,” kata dr Daeng Mohammad Faqih, Ketua Umum PB IDI, saat berkunjung ke PBNU pada Selasa (4/8).


Menurutnya, garda terdepan penanganan Covid-19 itu bukan petugas kesehatan, melainkan komponen masyarakat itu sendiri, salah satunya PBNU. Pasalnya, tenaga medis sebetulnya benteng terakhir mengingat mereka mengobati mereka yang sudah tertular.


“Yang paling penting untuk penanganan Covid ini, justru yang sehat tuh jangan sampai sakit. Di situlah garda terdepan adalah komponen masyarakat,” katanya.


PBNU dengan jutaan anggotanya, menurutnya, sangat strategis. Makanya, kalau pemerintah menggandeng PBNU dalam rangka penanganan Covid ini, menurutnya, memberikan daya yang luar biasa.


“Jadi, saya berharap PBNU memiliki komitmen dan betul-betul didayagunakan oleh pemerintah dalam penanganan Covid,” katanya.


Oleh karena itu, dr Daeng menegaskan bahwa kolaborasi dan mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat seperti PBNU ini sangat diperlukan dalam penanganan Covid-19. Sebab, penanganan yang paling penting adalah memutus mata rantai penularan itu dan mencegah supaya masyarakat tidak tertular. “PBNU ini di situlah strategisnya,” kata dokter kelahiran Pamekasan, Jawa Timur, 51 tahun yang lalu itu.


Pasalnya, petugas kesehatan atau pemerintah tidak mungkin mampu melakukannya sendirian. Jika tidak secara bersama-sama melaksanakan hal tersebut, ia khawatir masyarakat lebih banyak yang tertular. Hal ini berdampak pada pelayanan terhadap mereka yang tidak maksimal karena terbatasnya kapasitas rumah sakit dan tenaga medis yang ada.


“Itu yang kami khawatirkan sehingga upaya pencegahan melibatkan semua elemen masyarakat, kami sangat membutuhkan, terutama dari komunitas terbesar seperti Nahdlatul Ulama,” katanya.


Sebagai informasi, sampai hari ini, tercatat sudah ada 74 dokter, 8 dokter gigi, dan 55 perawat yang menjadi korban virus yang tengah menjadi pandemi ini.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi 
Â