Nasional

IKA-PMII Sanggup Menyatukan Perbedaan Politik

NU Online  ·  Kamis, 4 Juli 2013 | 12:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) merupakan wadah pertemuan para kader NU dari berbagai latar belakang. Perbedaan di kalangan alumni PMII bukan hanya pada tataran usia, tapi termasuk sarana perjuangan politik.
<>
“NU itu tidak bisa menyatukan partai politik, saya tidak tahu ini benar atau tidak, yang bisa adalah IKA-PMII,” kata Ketua Umum Pengurus Besar IKA-PMII Arief Mudatsir sebelum mengumumkan kepengurusan baru PB IKA-PMII 2013-2018 pada Munas ke-5 di Jakarta, Rabu (3/7).

Menurut Arief, kohesifitas dan soliditas para alumni sangat dibutuhkan untuk secara bersama-sama berkontribusi kepada bangsa dan Negara ini.

Ketua Majelis Pertimbangan IKA-PMII Ahmad Bagja mengatakan, rekrutmen pengurus baru dari berbagai elemen, termasuk partai politik, adalah usaha IKA-PMII dalam mewujudkan keseimbangan organisasi.

“Kata kesimbangan itu hukum alam yang sangat luar biasa yang perlu kita perhatikan,” imbuhnya.

Bagja mengatakan, alumi PMII yang kini tersebar di berbagai bidang profesi dan politik menjadi modal dasar bagi NU untuk berjuang di tengah masyarakat. “Jadi sekarang ada dua sumber kekuatan. Satu dari kiai-kiai pesantren, kedua dari alumni PMII,” tuturnya.

Mantan Ketua PBNU ini juga menekankan tentang pentingnya pemimpin ang visioner dan bermisi jelas dengan bekal penegtahuan yang luas tentang kondisi obyektif persoalan di hadapannya. Di samping kecerdasan analisa, seorang pemimpin mesti memiliki keyakinan kuat terhadap apa yang sedang ia perjuangkan.

 


Penulis: Mahbib Khoiron