Nasional PEDULI COVID-19

Harlah PDNU, Gus Mus: Ini Saatnya Dokter NU Berdakwah

Sen, 20 Juli 2020 | 04:00 WIB

Harlah PDNU, Gus Mus: Ini Saatnya Dokter NU Berdakwah

KH A Mustofa Bisri saat berbicara dalam Harlah PDNU. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Mustasyar PBNU KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan, di saat pandemi virus Corona (Covid-19) sekarang ini, peran dakwah dokter NU sangat dinanti. Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama harus bersyukur karena memiliki para dokter NU.


“Mereka secara profesional tidak hanya berkhidmah kemanusiaan kepada sesama. Para dokter NU juga dituntut untuk berdakwah. Sebab, NU itu merupakan organisasi dakwah,” kata Gus Mus saat didaulat menyampaikan tausiyah dalam acara ‘Istighotsah Online Dokter NU’, Sabtu (18/7).


Istighotsah daring yang disiarkan langsung oleh 164 Channel di YouTube dan Zoom Meetings ini dalam rangka peringatan Harlah ke-2 Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU).


Gus Mus mengungkapkan, selain menjadi garda terdepan menangani pandemi, dakwah dokter NU memiliki peran penting dalam dakwah. Tidak hanya kepada para pasien secara umum. Namun juga mendakwahi para kiai.


“Minimal ya mendakwahi orang-orang NU sendiri lah. Termasuk para kiai juga, dan kepada mereka yang merasa bahwa pandemi ini wabah abal-abal. Karena yang tahu ini abal-abal atau tidak hanyalah para dokter,” terangnya.


Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien Leteh Rembang ini juga menambahkan, jika ada yang tidak percaya dokter dalam hal kesehatan, maka bisa membaca Khittah NU. Menurutnya, di sana ada pembahasan bahwa setiap khidmah NU disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.


Gus Mus juga menjelaskan, jika para kiai diberi tahu mengenai kesehatan oleh sesama kiai, justru mereka belum tentu mau menerima. Namun, jika yang memberi tahu dan menjelaskan adalah ahlinya, yaitu dokter, maka kemungkinan besar dapat diterima.


Mengenai banyaknya korban meninggal akibat pandemi Covid-19, Gus Mus mengungkapkan, jika hal itu dihubungkan dengan takdir maka terlihat kuno. Sebab, warga Nahdliyin sudah memahaminya dengan baik.


“Kalau ngomong masalah takdir, masak orang NU ngomong takdir, itu kuno sekali. Takdir kita sudah tahu. Tapi, hifdzun nafs (menjaga nyawa) kita orang NU juga tahu. Wajibnya ikhtiar juga tahu. Yang mereka tidak tahu adalah tentang kesehatan, yang tahu ya ahlinya,” terangnya sembari tersenyum.


Menurut dia, jika berbicara tentang kesehatan maka dokter adalah tempatnya. Bukan dukun, bukan ustadz. Juga bukan pikiran diri sendiri. Gus Mus berharap, para dokter NU tidak hanya berada di garis terdepan dalam menangani virus Covid-19. Namun dapat berdakwah lebih dari itu.


“Mudah-mudahan kita semua juga ikut membantu. Yang tidak bisa apa-apa ya berdoa, yang bisa melakukan apa-apa masa tidak melakukan apa-apa,” pungkas Gus Mus.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori