Nasional

Hangout Kebinekaan, Cara Seru Para Pemuda Memperkaya Perspektif Lintas Agama

Sen, 25 Desember 2023 | 08:00 WIB

Hangout Kebinekaan, Cara Seru Para Pemuda Memperkaya Perspektif Lintas Agama

Hangout Kebinekaan oleh Generasi Literat di Jakarta, Ahad (3/12/2023). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Toleransi antarumat beragama menjadi hal prioritas yang perlu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya para pemuda. Mereka berada pada posisi strategis dalam isu toleransi umat beragama. 


Afdol, dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Peran Pemuda dalam Mewujudkan Kerukunan Antar-umat Beragama (Studi Kasus Komunitas Lintas Iman Pondok Damai Semarang), mencatat bahwa pemuda memiliki beberapa peran dalam pewujudan kerukunan umat beragama. Afdol menyebutkan beberapa peran pemuda dalam isu tersebut, di antaranya adalah menerapkan ajaran toleransi, mengadakan dialog interaktif, menyumbangkan ide atau gagasan yang baru dan kreatif untuk membangun perdamaian, dan selalu menindaklanjuti paradigma baru yang terdapat di lingkungan tempat tinggal mereka. 


Sebagai sosok yang sedang gencar melakukan pencarian jati diri, para pemuda tentu dilingkupi rasa ingin tahu yang besar akan berbagai hal, termasuk di dalamnya tentang ajaran sebuah agama. Namun, sebagian pemuda masih mengalami keterbatasan untuk mengakses informasi terkait ajaran agama selain dari kepercayaan yang telah dianut oleh mereka. Dampaknya, mereka hanya mengira-ngira dan dahaga keingintahuan mereka tidak serta-merta terpuaskan. 


Beberapa komunitas yang juga diprakarsai oleh para pemuda menyadari hal ini harus segera terakomodasi. Salah satu dari komunitas lintas agama yang hadir dan aktif memfasilitasi pemuda untuk mengenal lebih jauh isu toleransi adalah Generasi Literat. 


Generasi Literat merupakan sebuah komunitas yang berfokus pada Sustainable Development Goals (SDG) melalui bidang pendidikan, kesetaraan gender, inklusi, dan perdamaian.


Generasi Literat berdiri sejak tahun 2016, tetapi baru secara legal terdaftar sebagai sebuah organisasi non-pemerintah pada tahun 2020. Salah satu program yang dimiliki Generasi Literat adalah hangout Kebinekaan. 


Berawal dari kegemaran para pemuda untuk pergi hangout bersama, Generasi Literat mencoba mengemas sebuah agenda dengan situasi serupa sekaligus memiliki muatan substantif dalam mengajak pemuda terjun langsung dalam kegiatan toleransi. Hangout Kebinekaan ini merupakan ruang perjumpaan bagi anak muda lintas iman, suku, dan budaya. 


Datang sukarela, bergaul bersama

Hangout Kebinekaan ini dilakukan rutin sejak tahun 2022. Sepanjang 2023, total pelaksanaan agenda ini mencapai tujuh kali. Dalam hangout Kebinekaan, para relawan Generasi Literat mengatur teknis pertemuan antara para pemuda dengan pemuka agama (yang kemudian disebut sebagai tuan rumah) di rumah ibadahnya masing-masing. Sejauh ini, Hangout Kebinekaan telah terlaksana di wilayah Jabodetabek. Beberapa lokasi rumah ibadah telah didatangi, seperti Rumah Ibadah Agama Sikh, Vihara, Gereja, dan Kampung Keberagaman. Baru-baru ini, Generasi Literat melakukan Hangout Kebinekaan ke Vihara Hemadhiro Mettavati di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Barat. Para peserta yang hadir diharuskan untuk mendaftar via Whatsapp agar mudah berkoordinasi via grup. Menurut Elita Triandayani, salah seorang pengurus Generasi Literat, ada sekira 30 orang pemuda yang mengikuti Hangout Kebinekaan di Vihara Hemadhiro Mettavati pada Ahad (3/12/2023) lalu. 


“Jadi, mereka nanti akan kita kasih panduan ini datang jam segini, meeting pointnya di sini yah. Mereka datang dengan transport sendiri bahkan membawa makanan sendiri,” tutur Elita.


Elita menceritakan bahwa tidak jarang peserta berasal dari daerah yang cukup jauh seperti Serang. Ia mengisahkan kalau saat itu ada tiga orang mahasiswi yang rela berangkat pagi-pagi sambil membawa salak untuk disantap bersama peserta hangout yang lain. Para peserta memang diarahkan untuk menggunakan transportasi umum dengan dipandu oleh tim Generasi Literat. Terkadang, Elita pun masih merasa takjub atas semangat para peserta. Padahal, dalam setiap hangout pasti selalu ada peserta baru yang kemungkinan tidak saling mengenal. 


Sesampainya di Vihara, para peserta terkagum-kagum dengan kemegahan bangunan vihara yang membuat mereka merasakan suasana seolah sedang berada di Thailand. Uniknya, di sekeliling vihara terdapat lima masjid yang menandakan pemeluk agama Buddha dan Islam sudah sangat terbiasa hidup berdampingan dalam perdamaian.


Para peserta juga berkesempatan untuk berdialog langsung dengan Bhante (panggilan untuk rohaniawan agama Buddha). Berbagai pertanyaan terlontar aktif dari para pemuda yang haus akan pengetahuan tentang agama Buddha, meskipun mereka bukan berasal dari kalangan pemeluk agama Buddha.


“Di Vihara Hemadhiro Mettavati kita berdialog langsung dengan Bhante Bodhi Jagarapanno, melepaskan satwa, sampai room tour vihara,” kata Elita.


“Kita baru ketemu nih, Bhante yang sangat terbuka. Bicaranya ceplas-ceplos tapi benar dan tidak mengurangi wibawanya. Saat kita ngobrol rasanya seperti (Bhante) sedang stand-up,” imbuhnya.


Elita merasa bersyukur bahwa sebagian besar tuan rumah dari tiap-tiap rumah ibadah sangat terbuka dengan umat beragama mana pun. Mereka juga dengan senang hati menjawab pertanyaan dari para peserta dan berdiskusi aktif tentang ajaran agama masing-masing yang pada akhirnya selalu bermuara pada kesimpulan ajaran berbuat baik terhadap sesama.


Hangout Kebinekaan ini dilaksanakan dengan tujuan memperkaya perspektif muda-mudi tentang keberagaman, bukan untuk memperbandingkan ajaran suatu agama dengan agama lainnya.


Aksi nyata toleransi beragama disambut suka cita

Rafian Tama Periadi selaku perwakilan pihak Vihara Mettavati mengungkapkan bahwa pihak vihara sangat mengapresiasi kegiatan Hangout Kebhinekaan yang diselenggarakan oleh Generasi Literat. Kegiatan Hangout Kebinekaan merupakan aksi nyata dari semangat kebersamaan antar anak bangsa yang diinisiasi oleh pemuda-pemudi luar biasa untuk saling mengenal, menghormati keberagaman, mendorong dialog, mengali nilai-nilai universal suatu ajaran agama. 


“Dengan memahami nilai-nilai universal ajaran agama maka dapat menghilangkan prasangka,membentuk persahabatan lintas agama, menyayangi sesama anak bangsa, memelihara kerukunan umat beragama, membangun pondasi yang kokoh untuk masyarakat yang lebih harmonis, dan merawat persatuan dan kesatuan NKRI,” kata pria yang akrab disapa Romo Rafian itu.


Ia juga berharap kegiatan seperti ini perlu lebih sering dilaksanakan terutama dikalangan anak muda, Menurutnya, pemuda-pemudi merupakan tulang punggung masyarakat masa depan. Keterlibatan mereka dalam kegiatan lintas agama dapat membentuk pola pikir inklusif dan memupuk sikap positif terhadap keberagaman.


Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini merupakan strategi efektif untuk mencegah konflik antaragama dan membangun fondasi kerukunan di masyarakat. Dengan berinteraksi secara langsung, pemuda dapat memahami perspektif agama lain, memahami nilai-nilai universal ajaran agama, merasakan keberagaman sebagai kekayaan, dan mendorong kesadaran akan persamaan hak dan tanggung jawab di antara semua warga negara. 


Kegiatan Hangout Kebinekaan menunjukkan pentingnya membangun dan mempertahankan semangat kebersamaan, rasa saling menghargai, dan toleransi terhadap perbedaan. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keberagaman agama, suku bangsa, dan budaya, menempatkan toleransi sebagai nilai inti yang membentuk identitas nasional.

 

Oleh karena itu, seluruh umat beragama diharapkan untuk menjaga kerukunan dan perdamaian, serta memahami bahwa keberagaman agama adalah aset yang memperkaya, bukan memecah belah. Sudah semestinya sebagai warga negara kita senantiasa memelihara kerukunan umat beragama dan merawat persatuan dan kesatuan NKRI.

 

Kegiatan Hangout Kebinekaan menunjukkan pentingnya membangun dan mempertahankan semangat kebersamaan, rasa saling menghargai, dan toleransi terhadap perbedaan. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keberagaman agama, suku bangsa, dan budaya, menempatkan toleransi sebagai nilai inti yang membentuk identitas nasional.


Oleh karena itu, seluruh umat beragama diharapkan untuk menjaga kerukunan dan perdamaian, serta memahami bahwa keberagaman agama adalah aset yang memperkaya, bukan memecah belah. Sudah semestinya sebagai warga negara kita senantiasa memelihara kerukunan umat beragama dan merawat persatuan dan kesatuan NKRI.