Nasional MUNAS KONBES NU 2023

Hangatnya Perdebatan di Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas Konbes NU 2023

Sel, 19 September 2023 | 00:09 WIB

Hangatnya Perdebatan di Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas Konbes NU 2023

Para kiai peserta Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas Konbes NU 2023. (Foto: Foto: NU Online/Mundzir)

Jakarta, NU Online
Sebelum memasuki ruang Bahtsul Masail, beberapa kiai nampak duduk-duduk merokok di depan ruangan di Gedung Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (18/19/2023) malam. Sebagian lagi, antre mengisi daftar hadir di depan ruangan yang ditunggui panitia.


Tiap sudah mengisi nama, utusan dan tanda tangan, para peserta yang terdiri dari tokoh agama itu mendapat snack kardus. Jika ada yang belum menerima materi bahasan, maka ia bisa mendapatkannya di situ. Di depan ruangan itu pula, disediakan kopi dan teh dengan konsep self service.


Di jalan masuk gedung itu dijaga beberapa anggota Banser yang akan memeriksa ID Card. Sesekali organ sayap GP Ansor itu juga mengantarkan kiai yang dinilai sepuh atau yang butuh tahu lokasi ruangan. Sisanya mereka berjaga di depan pintu masuk ruangan.


Dalam forum Bahtsul Masail yang diikuti oleh rata-rata kiai syuriyah, mereka berpakaian hampir sama: memakai kopiah (kebanyakan hitam, meski ada juga yang putih), kemeja atau jaz dan sarung.


Beberapa di antara mereka terlihat mengenakan sarung bermerek tiga huruf terkenal di kalangan dunia santri yang konon bahannya dicampur sutra. Untuk menjemur sarung ini, tak seperti mencuci pakaian pada umumnya.


Tidak boleh tak memakai deterjen dan tidak dijemur di bawah terik matahari. Cukup diangin-anginkan saja. Sedangkan untuk alas kaki, hampir tak ada yang memakai sepatu. Mereka memakai sandal jepit atau model sepatu sandal.


Ketika mencoba masuk ruang komisi bahtsul masail waqi'iyah, musyawarah sedang seru membahas Dam. Untuk pertama kalinya, saya melihat KH Aniq Muhammadun, seorang yang dikenal sebagai jagoan di forum bahstul masail, sedang ingin mematahkan dalil dari argumen beberapa peserta.


Sesekali yang disampaikannya kadang mengundang tawa. Ia duduk di depan, di samping kiri Kiai Najib Bukhori dan KH Hasan Nuri Hidayatullah. Kiai Aniq begitu hafal kitab-kitab yang dihadikan maraji' atau rujukan. Sesekali, ia membacakan ta'birnya.


Meski begitu, setelah selesai menyampaikan pandangan, beberapa peserta yang merupakan ulama dari pelbagai provinsi di Indonesia itu tunjuk jari. Pimpinan sidang menyilakan secara bergantian. Sesekali menolak acungan jari dari peserta jika yang ingin disampaikannya penguat, bukan sesuatu yang baru.


Ustadz Mubasysyarum Bih, seorang kiai muda alumnus Lirboyo yang saya kenal, juga terlihat lihai menyampaikan pandangan dalam rumusan masalah. Ia duduk di pojok kanan, bersama Ustadz Muntaha, aktivis bahtsul masail yang wajahnya seringkali tampil di TV9.


Saling serang ta'bir dengan referensi kitab klasik, perdebatan, adu argumentasi ilmiah dan sanggah-menyanggah menghangatkan forum ini. Ketika satu orang berbicara, yang lain akan mendengar dengan saksama.


Sesekali, humor atau hal-hal yang diceletukkan meledakkan tawa orang seisi forum. Meski hal yang dibahas serius, ada semacam jeda-jeda di mana peserta tergelak tawa, sehingga menjadi begitu gayeng.


Humor atau celetukan lucu yang lahir itu memang semacam kombinasi dari kesamaan pengalaman, keilmuan, dan frekuensi yang sama di antara para kiai dan nyai yang ada. Bukan sebuah joke atau humor yang dipersiapkan laiknya stand up comedy. Seandainya standar pengalaman atau keilmuannya belum sampai, bsa jadi tak tertawa.


Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa juga tak ketinggalan mengajukan pandangan. Ia menyajikan perbedaan pendapat tentang topik yang dibahas dengan syair. Banyak hal yang ia hafal di luar kepala.


Tak hanya yang muda-muda, kiai-kiai sepuh pun banyak yang antusias dalam forum ini. Beberapa di antara mereka bahkan jika melemparkan pandangan dan kenyataan secara blak-blakan. Sekali lagi, dengan pengalaman, pengetahuan serta kepolosan dan keikhlasan mereka, banyak kejutan yang tersaji dalam forum ini.


Meski terjadi saling serang ta'bir, pandangan dan argumentasi, tetapi mereka semua saling menghormati. Seperti apa hasilnya? Kita tunggu dampai hasil komisi itu diplenokan besok. Yang jelas, kalau boleh saya gambarkan secara sederhana, ritme pembahasannya adalah sebagai berikut: menghangat, memanas, dan memancing gelak tawa.