Nasional

Hadits tentang Akhlak Universal Jarang Disampaikan

NU Online  ·  Kamis, 2 Agustus 2018 | 21:30 WIB

Hadits tentang Akhlak Universal Jarang Disampaikan

Kopdar Ngaji Ihya di PBNU, Kamis (2/8)

Jakarta, NU Online
Ada banyak hadits Nabi dan atsar para ulama mengenai akhlak yang tidak atau jarang dikutip oleh para dai. Karena proses sosial, hadits tentang akhlak yang sifatnya universal justru tidak tersampaikan, sehingga pengetahuan masyarakat terkait ajaran Nabi jadi tidak seimbang.

Hal itu disampaikan Ulil Abshar Abdalla dalam Kopdar Ngaji Ihya di Masjid Annahdlah Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (2/8) malam.

"Seperti (ayat) Al-Qur'an, hadits dan atsar tentang akhlak juga banyak yang tidak terekspos, sedangkan beberapa hadis over quoted. Banyak dan sering sekali dikutip. Menurut saya, hadist tentang akhlak itu under expose," ungkap Ulil usai mengartikan beberapa hadits dan atsar bab akhlak dalam karya masterpiece Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin.

Ceramah para dai, kata Ulil, baik di radio, televisi dan di Youtube tidak banyak menggali hadits-hadits atau atsar mengenai akhlak seperti dalam kitab Ihya. "Jika di sini ada penceramah mari sampaikan hadirs-hadits tentang akhlak," ajaknya dalam pengajian yang disiarkan langsung di akun Facebook Ulil Abshar Abdalla.

Dalam salah satu keterangan hadits, kata dia, husnul khuluqi atau akhlak yang baik akan menjadi penolong di hari ketika manusia menghadap Allah swt. Ketika manusia terhalang oleh hijab untuk menghadap Allah, dengan syafaat Rasul dan akhlak baik yang dimiliki manusia, hijab itu akan terbuka.

"Dan akhlak yang buruk (suul khuluqi) adalah dosa yang tak terampuni," jelas menantu Gus Mus itu, mengutip salah satu keterangan dalam kitab Ihya.

Masih dalam kitab tersebut, Ulil menjelaskan salah satu atsar dari Sahabat Anas bin Malik, bahwa orang yang ibadahnya pas-pasan namun akhlaknya baik, mendapat derajat tertinggi di surga. Sebaliknya, seorang ahli ibadah tetapi akhlaknya tidak baik atau tidak memiliki kesalehan sosial maka mendapat tempat terendah di neraka.

"Saya jadi teringat buku Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat) yang ditulis tahun 90-an. Dahulukan akhlak di atas Fikih, yang menanggapi semangat beragama anak-anak muda, tapi kurang menarik secara social attitude. Mungkin karena kurangnya ilmu, seperti mudahnya menghakimi orang lain. Padahal sifat itu dilarang Al-Qur'an," paparnya.

Ia meminta jangan meninggikan atau standing moral sambil merendahkan moral orang lain. "Fala tuzakku anfusakum. Allah-lah yang Tahu," tegas Ulil. (Wahyu Noerhadi/Kendi Setiawan)