Nasional 40 HARI WAFAT KH SAHAL MAHFUDH

Gusdurian Tahlilan dan Diskusi Fiqih Sosial

NU Online  ·  Jumat, 7 Maret 2014 | 16:40 WIB

Jakarta, NU Online
Para Gusdurian mengadakan tahlilan 40 hari wafatnya Almaghfurlah KH MA Sahal Mahfudh, Jumat (7/3) malam. Acara yang diniatkan meneladani Rais Aam tiga periode ini dilaksanakan di aula lantai 8 gedung PBNU Jalan Kramat Raya No 64 Jakarta Pusat.
<>
Para anak muda dari berbagai organisasi tumplek blek memenuhi aula lantai 8 hingga meluber keluar. Acara yang diinisiasi Jaringan Gusdurian ini dimulai dengan tahlil yang dipimpin Abdul Moqsith Ghozali.

Para hadirin tampak khidmat mengikuti tahlil yang di-ruusi dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut. Acara kemudian dilanjutkan diskusi “Fiqih Sosial” yang dimoderatori Ulil Abshar Hadrawi. Diskusi yang dinamakan Forum Jumat Pertama Gusdurian ini menghadirkan dua narasumber, yakni KH Husein Muhammad dan Dr Saiful Umam.

Dalam pemaparannya, Kiai Husein menjelaskan bahwa Mbah Sahal merupakan sosok yang resah terhadap stagnasi Fiqih. Oleh karenanya, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini mencoba melakukan kontekstualisasi Fiqih. “Kiai Sahal menempatkan Fiqih sebagai etika sosial, bukan sebagai hukum negara,” ujarnya.

Kiai Sahal, lanjut kakak kandung Dr Ahsin Sakho Muhammad ini, memiliki genuinitas fiqih. Dalam Bahtsul Masail, misalnya, ketika menukil ta’bir atau istinbath (penggalian) hukum dari kitab-kitab kuning tidak serta-merta menolak pendapat yang diambil dari ulama semisal Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim al-Jauziyah.

“Selama ini kan pendapat dua tokoh tersebut selalu ditolak. Namun, Kiai Sahal berpendapat lain. Beliau meminta untuk tidak menggeneralisir semua pendapat kedua tokoh itu layak ditolak. Bisa jadi, pendapat mereka berdua dapat dijadikan pembanding atau memiliki sudut pandang lain,” terangnya.

Kiai yang aktif di Yayasan Puan Amal Hayati ini menambahkan, Kiai Sahal jelas berpikir tepat sekali lantaran mengamalkan pepatah Arab: “Undzur maa qaala, wa laa tandzur man qaala.” (Perhatikan apa yang dikatakan, jangan siapa yang bicara).

Menurut Koordinator Seknas Gusdurian Indonesia Alissa Wahid, acara ini merupakan pertemuan bulanan pekan pertama civitas Gusdurian. “Diskusi bulanan tadi sebetulnya baru pemanasan. Jadi, mestinya ditindaklanjuti pada pertemuan berikutnya,” ujarnya. (Ali Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)