Nasional

Gus Sholah Ingin Khatam Al-Qur'an sebelum Wafat

Sel, 4 Februari 2020 | 11:00 WIB

Gus Sholah Ingin Khatam Al-Qur'an sebelum Wafat

Asisten pribadi (Aspri) KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ustaz Amin Zein saat foto bersama dengan almarhum Gus Sholah. (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online
Asisten pribadi (Aspri) KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ustaz Amin Zein menceritakan detik-detik saat Gus Sholah begitu mencintai Al-Qur'an meskipun dalam keadaan sakit berat. 
 
Khadim Kiai Salahuddin Wahid ini menceritakan sepenggal kisah sang kiai saat membaca Al-Qur'an juz 27-29 sebelum Gus Sholah wafat.
 
Ustaz Amin menceritakan, malam itu hari Kamis (30/1) ia bertugas jaga Gus Sholah waktu malam bersama Gus Iqbal Wahid (putra Gus Sholah yang ke-2). Dalam menjaga kesehatan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng ini semua penjaga di arahkan oleh dr Umar Wahid. dr Umar merupakan dokter kepresidenan di era Gus Dur. Ia adalah adik kandung Gus Sholah.
 
Setiap tiga jam sekali, para penjaga harus menemui Kiai Salahuddin Wahid dan menanyakan perkembangan kesehatan secara detail.
 
Malam itu, Ustaz Amien menghampiri Gus Sholah yang saat itu sedang membaca Al-Qur'an juz 27. Penjaga sebelumnya adalah Mbak Acha Wahid, putri Gus Sholah yang nomor tiga. Ustaz Zein dan Gus Billy menunggu hingga Gus Sholah selesai ngaji Al-Qur'an. 
 
“Abah Yai dan Ibu Nyai punya keistiqamahan membaca 1 juz Al-Qur'an dalam sehari, hal itu dilakukan setelah shalat shubuh. Sama halnya seperti para santri Tebuireng setelah subuh mengaji Al-Qur'an,” jelasnya, Rabu (4/2).
 
Selanjutnya, setelah selesai mengaji, Gus Sholah mulai berbicara sejenak dengan Ustaz Amin dan Gus Billy seputar Pesantren Tebuireng dan Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasya) Tebuireng. Kemudian di pertengahan pembicaraan Ustaz Amien mengingatkan ke Gus Sholah bahwa sudah saatnya istirahat.
 
“Yai, ini sudah waktunya istirahat, abah yai sudah harus istirahat, agar besok semakin fresh. Abah yai jawab, iya. Makasih ya min. Kamu sudah di sini. Kamu menginap sama Billy kan? Saya jawab, iya yai. Ya sudah, aku tak tidur dulu, jawab abah yai sambil sayup-sayup. Setelah itu kami salim dan pergi untuk istirahat,” cerita pria yang juga dosen Unhasy ini.
 
Belum sekitar 30 menit, pihak perawat menghubungi Ustaz Amien lagi, saat itu ia diminta Gus Sholah membelikan permen. Akhirnya, Gus Billy dan Ustaz Amien bergegas membeli permen di toko setempat. Di tengah sibuk di toko, tiba-tiba handphone Ustaz Amin berdering. Kali ini Gus Sholah sendiri yang menghubungi.
 
"Amin, tolong belikan permen yang pedas ya,” tambahnya.
 
Setelah sampai di Rumah Sakit Jantung Harapan Jakarta Ustaz Amien berikan permen itu ke Gus Sholah. Ternyata permen yang diberikan sesuai dengan keinginan Gus Sholah. 
 
Setelah itu Kiai Salahuddin mencegah Gus Billy dan Ustaz Amien kembali dan meminta menginap di rumah sakit. “Aminn, tadi saya sudah mengaji juz 27, saya sekarang pingin ngaji lagi tapi langsung 2 juz. Kami yang tahu kondisi abah yai, kami jawab, yai, ini sudah larut malam. Abah yai harus istirahat. Besok setelah subuh mawon baca Al-Qur’annya,” ungkapnya.
 
Saat itu, Gus Sholah menjawab untuk segera buka Al-Qur’an juz 28 dan 29, agar saya tenang dan bisa tidur nyenyak malam ini. “Saya langsung ambil handphone yai dan putarkan ngaji juz 28 dan 29,” ujarnya.
 
Ustaz Amien sempat menanyakan kepada Gus Sholah apakah tidak mengganggu istirahat sang kiai. Namun Gus Sholah balik menjawab bahwa ingin menyelesaikan bacaan Al-Qur'annya yang kurang sedikit lagi. 
 
Mata Ustaz Amien sontak berkaca-kaca melihat jawaban sang kiai. Apakah ini pertanda dan masih banyak lagi pertanyaan yang menggunjam di hati. Setelah itu kedua meninggalkan Gus Sholah.
 
“Hikmah ini semua adalah abah yai tidak pernah meninggalkan baca Al-Qur'anya di kondisi apapun itu, kiai sangat istiqamah dalam membaca pedoman hidup itu, meski sebentar lagi Allah memanggilnya,” ungkapnya.
 
Lanjut Ustaz Amien, sebenarnya banyak yang akan ia tulis tentang sosok Gus Sholah. Namun, pelan-pelan dan sedikit demi sedikit kisah pengalaman hidupnya akan ia tulis.
 
“Saya akan menulis sedikit demi sedikit kisah yang pernah dilalui bersama abah yai. Karena sangat bermanfaat buat generasi selanjutnya,” tandasnya.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin