Nasional

Gus Nadir Ingatkan Biaya Muktamar NU Harus dari Kemandirian Nahdliyin

Rab, 6 Oktober 2021 | 02:30 WIB

Gus Nadir Ingatkan Biaya Muktamar NU Harus dari Kemandirian Nahdliyin

Rais Syuriyah PCINU Australia dan Selandia Baru, Prof Nadirsyah Hosen. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia dan Selandia Baru, Prof Nadirsyah Hosen mengingatkan kembali program Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk penggalangan dana biaya Muktamar NU melalui Kotak Infak (Koin) NU.

 

Melalui unggahan facebook Nadirsyah Hosen, Senin (5/10/20201) malam, Prof Nadirsyah menyebutkan dalam rangka menjadikan Muktamar NU berkualitas, bermartabat, dan bermanfaat perlu dipikirkan kemandirian dana pelaksanaan Muktamar. 

 

"Waktu yang mepet, tentu membuat PBNU dan panitia muktamar kelabakan. Pada titik ini menjadi rawan intervensi pihak luar terhadap Muktamar," tulis Gus Nadir, sapaan akrabnya.

 

Selain dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Daerah Lampung, menurutnya perlu digalakkan kembali Koin Muktamar NU dalam 80 hari menuju hari H Muktamar yang dijadwalkan 23-25 Desember 2021.

 

Ia juga mengingatkan kembali dana dari koin Muktamar tahun 2019-2020 lalu yang pernah disumbangkan Nahdliyin agar pengelolaannya tetap amanah dan bisa dipakai untuk pelaksanaan Muktamar. "Kita perlu menggalakkannya kembali," tegas Gus Nadir.

 

Selain itu, ditegaskan Gus Nadir, bahwa NU tidak perlu meminta dana kepada penguasa dan pengusaha. "Kemandirian menjadi penting. Gotong royong menggalang dana Nahdliyin menjadi krusial sekaligus membuktikan kekompakan kita bersama," sebutnya.

 

Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Monash, Australia itu menambahkan NU juga perlu mewaspadai adanya potensi politik uang. Karena itu, setiap utusan resmi yang datang ke arena Muktamar harus membiayai sendiri atau dibiayai oleh Koin NU Nahdliyin setempat untuk membeli tiket ke Lampung. "Harus ada ttd di atas materai untuk menjaga komitmen para utusan," sebutnya.

 

Utusan ke Muktamar juga tidak boleh dibiayai oleh kandidat. Bahkan kalau perlu, kata Gus Nadir, setiap kandidat wajib mendeklarasikan dan melaporkan semua sumbangan yang diterima dan pengeluarannya kepada Muktamarin sebelum dipilih.

 

"Ini terasa pahit dan berlebihan tetapi inilah salah satu cara menjaga akuntabilitas Muktamar," lanjut penulis buku Saring Sebelum Sharing (2019), Kiai Ujang di Negeri Kangguru (2019), Tafsir Al-Qur'an di Medsos (2017).

 

Gus Nadir tidak menampik seandainya ada cara lain untuk menjaga akuntabilitas Muktamar NU 2021. Menurut dia hal itu bisa didiskusikan. "Ada cara lain (untuk menjaga akuntabilitas Muktamar)? Monggo didiskusikan bersama," tulisnya.

 

Ia berharap dengan cara ini kemandirian NU tetap terjaga, NU bisa memfilter campur tangan pihak luar; pada saat yang sama menjaga kekompakan Nahdliyin dan rasa memiliki serta mensterilkan Muktamar dari praktik politik uang yang selama ini bisik-bisik terdengar namun sulit dibuktikan. Akan tetapi mencegahnya adalah lebih baik. 

 

"Semua ini mudah untuk dituliskan, namun tentu membutuhkan komitmen bersama untuk menjalankannya, bukan?" pungkasnya.

 

Keputusan Munas NU tentang pelaksanaan Muktamar NU 2021

Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memutuskan Muktamar Ke-34 NU akan diselenggarakan pada 23-25 Desember 2021. Hal ini disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saat Pleno Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU pada Sabtu (25/9/2021).

 

Keputusan tersebut diambil atas musyawarah Ketua Umum PBNU bersama Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmi Faishal Zaini.

 

"Bismillahirrahmanirrahim. Demi menjaga martabat Nahdlatul Ulama dan keberlangsungan Munas dan Konbes ini secara tenang, damai, dan teduh, tadi saya mengambil prakarsa untuk bermusyawarah bersama Khadratus Syeikh Rais ‘Aam, Katib ‘Aam, dan Sekjen," kata Kiai Said.

 

 

"Dan alhamdulillah kami bersepakat dan memutuskan bahwa pelaksanaan Muktamar NU ke-34 akan diselenggarakan pada tanggal 23-25 Desember 2021. Dengan catatan bahwa penyelenggaraan seluruh kegiatan Muktamar akan mematuhi protokol kesehatan dan mendapatkan persetujuan satgas Covid-19 baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah," tambahnya.


Muktamar NU pada Desember 2021 ini adalah untuk menggantikan pelaksanaan Muktamar yang sebenarnya telah dijadwalkan akan diselenggarakan pada 22-27 Oktober 2020, yang berbarengan dengan momen Hari Santri.

 

Kemandirian biaya Muktamar NU

Persiapan Muktamar sudah dilakukan sejak awal 2020, termasuk perencanaan pembiayaan yang diharapkan berasal dari gerakan Koin Muktamar. Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, pernah menyampaikan bahwa Muktamar itu dari NU, oleh NU, dan untuk NU. Melalui gerakan Koin Muktamar, seluruh Nahdliyyin di seluruh penjuru dunia diharapkan mampu membangun kemandirian untuk agenda lima tahunan NU.

 

Gerakan Koin Muktamar sendiri merupakan ikhtiar berkesinambungan guna mencapai kemandirian finansial NU, semenjak peluncuran program nasional Koin NU, yang terbukti telah menghasilkan capaian yang cukup signifikan, baik dari sisi manajerial, penghimpunan, program hingga pelaporan.

 

Sementara, semangat Koin NU bermula dari Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, yang diinisiasi oleh Ketua PCNU Sukabumi, Almarhum Buya Abdul Basith. Buya Basith, dalam buku Membumikan Sedekah, mengajarkan warga Desa Nanggerang untuk menyisihkan 2,5 persen per hari dari penghasilan satu keluarga yaitu rata-rata Rp500.

 

Semangat Rp500, membuat NU Care-LAZISNU Sukabumi mampu membangun Klinik ZIS, pengadaan mobil ambulans, pengobatan gratis, penerangan jalan dan rumah ibadah, perawatan jenazah gratis, serta membangun peternakan kambing untuk warga.

 

Koin NU Sukabumi kemudian dikembangkan oleh NU Care-LAZISNU Kabupaten Sragen, di bawah arahan Ketua PCNU Sragen, KH Ma'ruf Islamuddin, dengan Gerakan Koin Nusantara menuju NU Mandiri. PCNU Sragen, melalui gerakannya itu mampu menghimpun dana Rp600.000.000,- per bulan, yang kemudian dikelola untuk pembangunan gedung MWC NU, jasa travel NU Trans, program bedah rumah dhuafa, pembangunan rumah sakit NU Sidowaras, dan program keumatan lainnya.

 

Dari kesuksesan itulah, Sragen menjadi tuan rumah Rakornas NU Care-LAZISNU tahun 2017, yang mengambil tajuk Arus Baru Kemandirian Ekonomi NU. Program Koin NU makin massif, dan pada tahun 2018 digelarlah Kirab Koin NU Raksasa dari Banten sampai Banyuwangi. Selama empat bulan (Maret-Juni 2018), Kirab Koin NU berhasil menghimpun dana lebih dari 1,8 miliar rupiah.


Kesuksesan Sragen dan Sukabumi dalam penggalangan Koin NU, lalu diikuti kabupatan lain di antaranya Sidoarjo Jawa Timur; Pringsewu Lampung; Cilacap dan Temanggung di Jawa Tengah, Bandung dan Indramayu di Jawa Barat, dan PCNU lainnya. Hasil dari penggalangan Koin NU dimanfaatkan antara lain untuk pembangunan gedung NU, beasiswa santri, program kesehatan, dan permodalan usaha.

 

Semua itu, memacu NU untuk membangun kemandirian jamiyah dan jamaah dalam agenda Muktamar, hingga lahirlah Gerakan Koin Muktamar, yang dimaksudkan untuk menggalang partisipasi Nahdliyin.

 

Penggalangan Koin Muktamar juga dilakukan melalui laman nucare.id Program Koin Muktamar Bangun Kemandirian NU. Diakses Selasa (6/10/2021) penggalangan telah mencapai Rp1.027.442.355.



Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad