Jakarta, NU Online
KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) mengatakan bahwa larangan Allah sedikit. Agama Islam lebih banyak mempersilakan makhluknya untuk menikmati keragaman ciptaan Allah yang begitu banyak dan melakukan banyak hal yang tidak dilarang syariat Islam. Menurutnya, di sanalah tugas ulama sebagai ahli waris para nabi untuk menjaga syariat tersebut.
“NU muridnya para ulama. Para ulama adalah ahli waris para nabi. Tugas para ulama itu menjaga kehalalan Allah yang sangat banyak itu,” kata Gus Muwafiq saat berceramah di halaman Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (25/12) malam.
Gus Muwafiq menyayangkan fenomena keislaman sekelompok orang belakangan ini yang mempersempit diri dengan mengharamkan apa yang nyata-nyata dihalalkan oleh Allah SWT. Dengan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, sekelompok orang ini mempersempit ruang gerak mereka sendiri.
“Makanya, seberat apa pun, para kiai NU tidak akan mengharamkan sesuatu yang asalnya halal atau boleh. Paling jauh para kiai NU hanya memakruhkan sesuatu yang mengandung mudarat,” kata Gus Muwafiq.
Dengan logika serupa, ia menjelaskan bagaimana penerimaan darurat kiai NU atas kepemimpinan Sukarno yang kurang syarat sebagai imam dalam Islam karena belum menyempurnakan pelaksanaan rukun Islam, yaitu ibadah haji.
Meski demikian, para kiai NU menganjurkan Presiden Sukarno untuk menunaikan ibadah haji pada tahun berikutnya agar kepemimpinannya memenuhi syarat-syarat imam dalam syariat Islam.
Menurutnya, Bahaya sekali kalau para kiai memutuskan bahwa kepemimpinan Sukarno tidak sah. Hal ini akan berdampak pada ketidakabsahan akad perkawinan masyarakat yang menjadi urusan KUA dan penghulu di bawah kepemimpinan Sukarno.
“Bisa jadi ‘anak haram’ semua. Dampak putusan halal-haram yang panjang seperti ini sudah dipikirkan oleh para kiai NU,” kata Gus Muwafiq. (Alhafiz K)