Nasional

Gus Muwafiq: Islam dan Bangsa, Dua Warisan Indonesia yang Harus Dijaga

NU Online  ·  Kamis, 22 Februari 2018 | 04:00 WIB

Gus Muwafiq: Islam dan Bangsa, Dua Warisan Indonesia yang Harus Dijaga

Gus Muwafiq (ist).

Jakarta, NU Online
KH Ahmad Muwafiq mengaku senang dengan keberadaan Majelis Dzikir Hubbul Wathon karena majelis ini dapat menjadi penghubung pertemuan antara ulama dengan umara. 

"Beberapa peristiwa yang mungkin jarang kita lihat pertemuan ulama dan umara pada satu majelis," kata Gus Muwafiq kepada NU Online di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (21/2).

Kiai berambut gondrong ini menjelaskan pentingnya hubungan yang harus dijalin keduanya karena satu sama lain tidak bisa dilepaskan dalam upaya menjaga agar Indonesia tetap damai. 

Menurutnya, ada dua warisan yang ada di Indonesia, Islam dan bangsa. "Warisan iman dijaga oleh ulama dan warisan bangsa dijaga oleh umara. Karena kalau tidak menjaga dua-duanya, maka (Indonesia) akan jebol," ujarnya. 

Ia mencontohkan di beberapa negara di Timur Tengah yang tidak satu padunya dalam menjaga ulama dan umara. "Timur tengah ini menjaga ulamanya, tapi tidak menjaga umaranya, jadi jebol. Kita ini dua-duanya kita jagalah," jelasnya. 

Dikatakan Gus Muwafiq, terjadi perbedaan yang sangat jauh antara bangsa yang ada di Indonesia dan di Arab. "Perbedaan bangsa kita ini lebih sulit," kata kiai yang tinggal di Sleman, Yogyakarta ini. 

Menurutnya, bangsa Arab hanya mempunyai satu bangsa yang dibebankan kepada banyak negara (Timur Tengah), sementara Indonesia memiliki banyak bangsa yang hanya dibebankan kepada satu negara: Indonesia. 

Ia melanjutkan, untuk menjaga agar banyak bangsa yang ada di Indonesia bisa tetap terjaga, maka para ulama sadar tidak bisa lagi menggunakan konsep kerajaan. Kemudian didapatkan konsep tanggung jawab dari Rasulullah yang mampu menjaga perbedaan. 

"Kullukum ra’in wakullukum an ra’iyyatihi,” terangnya.

“Maka kita ambil ra’iyah dari Rasulullah menjadi nama per kepala di Indonesia yaitu rakyat. Nah, satu-satunya bangsa Islam di dunia yang mengambil ra’iyah menjadi rakyat, ya ulama Indonesia," tandas Gus Muwafiq. (Husni Sahal/Fathoni)