Nasional

Lompatan Visioner Gus Dur

NU Online  ·  Rabu, 7 Desember 2016 | 09:02 WIB

Lompatan Visioner Gus Dur

Kader KMNU Unila mempromosikan quote Gus Dur menyambut Haul Gus Dur ke 7. Foto NU Online/Ahmad Saroji/16.

Batam, NU Online
Haul Gus Dur ke 7 akan diperingati Jumat, 23 Desember 2016, di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sejak kepulangannya menghadap Ilahi 30 Desember 2009, sejumlah kenangan terhadap Presiden RI ke 4 itu masih lekat bagi sejumlah orang. Berikut sepenggal catatan NU Online dari Batam mengenai Gus Dur.

"Saya biasa ada jika Gus Dur ke Batam," ujar purnawirawan Badan Intelijen Strategis (BAIS) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Dhani Subagyo, di Batam, Kepulauan Riau, Rabu (7/12).

Bagi mantan prajurit Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) yang kini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus atau Kopassus yang kini berkhidmah di Banser itu, Gus Dur mau berdampingan dengan siapa saja.

"Toleransi Gus Dur buat saya tertalu tinggi sekali, sehingga seringkali menimbulkan kontroversi. Dua langkah dia kita tidak akan tahu," ujar Dhani lagi. 

Saat penyelenggaraan Kursus Banser Pimpinan (Susbanpim) III, di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (24/11), Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyebut Gus Dur telah melakukan lompatan jauh ke depan, mempersiapkan masa depan Nahdlatul Ulama (NU) dan bangsa dengan strategis.

Di lini politik misalnya, ujar Gus Yahya menambahkan, Gus Dur melakukan pemotongan generasi, bersama KH Mustofa Bisri, Dr Fahmi dan KH Slamet Efendi Yusuf. 

"Gus Dur banyak menempatkan dan merangkul generasi di bawahnya. Satu contoh, tahun 1981 Gus Dur tidak segan merangkul KH Ma'ruf Amin kendati masih Ketua MWCNU, tapi 10 tahun kemudian Gus Dur menempatkan KH Ma'ruf Amin sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa," paparnya.

Satu gagasan visioner berikut pelaksanaannya yang ditorehkan Gus Dur yang pernah mendapat amanah menjadi Ketua Umum PBNU selama tiga periode bagi bangsa ini adalah mengembalikan matra politik Indonesia ke laut.

Pada 26 Oktober 1999 atau enam hari setelah dilantik menjadi presiden, Gus Dur mengangkat Sarwono Kusumaatmadja sebagai Menteri Eksplorasi Laut.

Lalu pada 10 November 1999, Presiden RI keempat itu membentuk Departemen Eksplorasi Laut, yang di kemudian hari menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan.

"Nahdlatul Ulama tidak sekedar kebangkitan ulama. Nahdlah itu bangkit sekali dan terus bergerak. NU bangkit untuk membangun Indonesia dan peradaban," ujar Gus Yahya. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)