Nasional

Glorifikasi Sejarah sebagai Penggerak Generasi Bangsa

NU Online  ·  Kamis, 8 November 2018 | 05:30 WIB

Glorifikasi Sejarah sebagai Penggerak Generasi Bangsa

Peta Nusantara (Foto: Ist.)

Jakarta, NU Online
Glorifikasi merupakan hal penting yang tidak dapat dinafikan dari sejarah. Kehadirannya bermanfaat untuk membangkitkan ingatan dan mewujud dalam tindakan baru.

"Jadi glorifikasi itu perlu untuk membangkitkan semangat itu," kata sejarahwan Johan Wahyudi saat ditemui NU Online di kantornya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (7/11).

Maka, menurutnya, muatan masa lalu itu semacam bahan bakar agar masyarakat sekarang mengetahui bahwa dulu mereka pernah berjaya.

Saat ini, jelas Johan, kita harus sadar dimensi ekonomi, politik, dan budaya ini masih berada di tataran bawah jika dalam konteks internasional. Glorifikasi ini menjadi satu cara menggerakkan ke dunia yang lebih luas.

Sekitar abad kedelapan Masehi, Indonesia dengan Kerajaan Sriwijaya bersama Tiongkok dan Arab dengan Kerajaan Umayyah nya menjadi tiga negara adidaya pada saat itu.

"Itu kan segitiga emas itu. Dan itu yang mengendalikan perekonomian dunia," terang dosen historiografi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu.

Sayangnya, ingatan itu terendam. Johan menegaskan bahwa adanya segitiga emas itu harus diingat betul sebagaimana digambarkan oleh Uka Tjandrasasmita dalam bukunya, Pertumbuhan Kota-kota Muslim.

"Pelaku pasar juga bisa tampil lebih baik karena dulu kita terkenal dengan pusat industri rempah-rempah," jelasnya.

Ingatan historis itu juga tidak bisa menjadi pemain tunggal, tetapi perlu diramu menjadi semangat zaman sehingga semua manusia Indonesia bisa berperan di bidangnya masing-masing.

Sebab, Johan berharap agar wacana kepahlawanan tidak hanya berdimensi militeristik, tetapi sudah meluas ke bidang lain, seperti jurnalistik, ekonomi, kedokteran, dan sebagainya.

Asupan baru ini menurutnya penting karena memiliki hak yang sama untuk diperkenalkan di kalangan kaula muda.

"Wacana patriotisme, mengenalkan kembali pahlawan-pahlawan lama itu hanya akan menjadi jargon lama yang akan tenggelam dengan sendirinya," tegasnya jika hal ini tidak dilakukan. (Syakir NF/Muhammad Faizin)