Nasional

Fatayat NU Karangayar Bedah Novel Biografi Hasyim Asy'ari

NU Online  ·  Ahad, 12 Agustus 2012 | 02:42 WIB

Karanganyar, NU Online
Pimpinan Fatayat NU Kabupaten Karangnyar Jawa Tengah mengadakan bedah novel yang berjudul “Penakluk Badai: Novel Biografi KH Hasyim Asy’ari”. Kegiatan dilaksanakan di Kantor PCNU Karanganyar Kamis (19/8) kemarin mengundang penulis novel Aguk Irawan dan aktifis Aswaja Institute Surakarta (AIS) Anas Aijudin Ahmad. <>

Ketua PC Fatayat NU Kab. Karanganyar, Sri Lestari dalam sambutannya mengatakan kegiatan bedah buku Biografi KH Hasyim Asyari ini bertujuan membumikan kembali semangat keislaman ahlusunnah wal jamaah yang dikembangkan oleh KH Hasyim Asy’ari ditengah warga NU saat ini.

Penulis novel, Aguk Irawan mengemukakan bahwa novel yang ia tulis di latarbelakangi oleh dua hal. Pertama, maraknya gerakan Islam radikal dan intoleran sehingga perlu menghadirkan sosok yang moderat dan humanis, dalam hal ini adalah KH. Hasyim Asy’ari, yang juga tokoh utama berdirinya Nahdhatul Ulama (NU). 

Kedua, adanya novel dan film “ Sang Pencerah”, yang merupakan penggembaran tentang kehidupan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, tidak adil jika tidak diikuti menghadirkan sosok yang memiliki kapasitas sepadan, dalam hal ini adalah KH. Hasyim Asy’ari. Maka kehadiran novel ini merupakan penyeimbang dari adanya novel dan film sang pencerah.

Menurut Aguk novel  yang tebalnya 530 halaman ini, ditulis hanya dalam waktu 2 minggu, namun risetnya memerlukan waktu hampir satu tahun. Penulis buku ini mengemukakan bahwa prosentase riset kepustakaan dalam novel ini adalah 50 persen, riset lapangannya 45 persen dan imajinasi penulis hanya 5 persen saja. Data yang disajikan dalam buku ini telah divalidasi oleh beberapa kyai besar seperti KH Sholahudin Wahid dan KH Muchid Muzadi.

Pembicara kedua, Anas Aijudin Ahmad, secara umum novel ini berbicara mengenai keteladanan dan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari, baik sebagai santri tradisional yang mencari ilmu dan kehidupan, keterpanggilan jiwa seorang kyai yang memimpin pesantren untuk mendidik masyarakat dan perjuangan seorang nasionalis sejati. 

Anas mengemukakan, pesan kuat yang dihendak disampaikan pada pembaca dalam novel ini adalah : pemahaman keislaman ahlusunnah wal jamaah, prinsip kebangsaan yang merdeka, dan upaya menjunjung tinggi aspek kemanusiaan universal. Ketiganya telah menjadi sikap hidup dan perjuangan KH Hasyim Asy’ari.

Menurut Anas, prinsip keislaman ahlusunnah wal jamaah yang diperjuangkan KH Hasyim Asyari berpusat pada pola beragama yang tawasut, tasamuh, tawazun dan ta’adl, yang kesemuanya tercermin dalam praktik dibidang aqidah, tasawuh maupun syariah. Sedangkan prinsip kebangsaan kebangsaan yang dipegang oleh Kyai Hasyim Asy’ari berakar dari paradigma bahwa antara agama dan negara adalah berhubungan simbiosis mutualisme. Sehingga Kyai Hasyim Asy’ari menolak negara sekuler, demikian juga dengan negara agama. Dalam konteks seperti inilah melalui Kyai Wahid Hasyim, Kyai Hasyim Asy’ari menyetujui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. 

Anas mengemukakan bahwa prinsip kemanusiaan universal yang diperlihatkan oleh Kyai Hasyim Asy’ari pada novel ini adalah terjaganya agama, terjaganya jiwa raga, terjaganya akal dan moralitas, terjaganya keturunan, serta terjaganya harta, termasuk terjaminnya hak atas properti dan di dalamnya juga mencakup hak atas kekayaan intelektual. Sebagai kesimpulan dari bedah buku kedua pembicara sepakat bahwa novel ini sangat layak jadi cermin agamawan dalam mensikapi berbagai persoalan sosial keagamaan kontemporer.

Acara bedah novel ini dilanjutkan dengan acara peluncuran LAZISNU Kab Karanganyar, sosialisasi KARTANU dan buka puasa bersama. Acara yang di ikuti oleh lebih dari 300 warga nahdiyin, akademisi, dan kalangan profesional ini, juga dihadiri oleh KH. Muhammad Adnan, Ketua Tanfidziyah PW NU Jawa Tengah, Ketua Tanfidziyah NU se-Solo raya dan Drs. H. Paryono, M.Hum, wakil Bupati Karanganyar Jateng. 



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Cecep Choirul Sholeh