Nasional

Etno Parenting, Teknik Pola Asuh Anak untuk Hindari Konflik Sejak Dini

Kam, 28 Oktober 2021 | 01:00 WIB

Etno Parenting, Teknik Pola Asuh Anak untuk Hindari Konflik Sejak Dini

Ilustrasi: Pola asuh anak sejak dini dengan pendekatan masyarakat setempat dinilai membantu pertumbuhan psikologi anak sejak dini.

Surakarta, NU Online
Dosen Insititut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianask, Nur Hamzah menjadi salah satu panelis dalam kegiatan Annual International Conference on Iscamic Studies ke-20 yang diselenggarakan di UIN Raden Mas Said Surakarta, Selasa (26/10/2021) secara virtual.

 

Nur Hamzah dalam paparannya mengangkat tema Pendidikan Sosial Sejak Dini pada Daerah Rentan Konflik; Praktik Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini  dalam Keluarga Etnik Melayu Pontianak dan Sambas.

 

Riset ini sendiri menurutnya didasarkan pada sebuah asumsi bahwa konflik sosial itu erat hubungannya dengan sikap anti sosial yang ternyata sudah ada sejak usia 2,5 tahun dalam kehidupan manusia. Itulah kemudian yang nantinya akan termanifestasi dalam kehidupan manusia pada fase-fase selanjutnya yakni fase remaja dan dewasa. Oleh karenanya, konflik sesungguhnya yang paling jauh bermuara pada praktik pengasuhan anak yang keliru atau mal-parenting.

 

Alasan kedua, tindakan manusia yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari itu terbentuk atau berhubungan dengan otak. Dalam kajian neuro parenting, otak manusia sangat berkembang sejak mulai dari usia kandungan hingga usia 11 tahun. Pada fase inilah sangat rentan dan memerlukan praktik pengasuhan positif. 
 

Oleh karenanya dalam pencegahan konflik harus dimulai dari hulu karena salah satu penyebab konflik ialah mal-parenting atau praktik salah asuh.
Menurutnya, salah satu praktik salah asuh anak yang sering kali terjadi adalah parenting dilakukan berorientasi pada orang tua. Di antaranya anak disekolahkan pada sekolah-sekolah bertaraf internasional. Hal ini bukan dilakukan didasarkan pada kebutuhan si anak tetapi pada hasrat peneguhan identitas orang tua.
 

Kedua, parenting seringkali menjadi komuditas yang diperjualbelikan. Ia mencontohkan praktik pemberian nama pada seorang anak oleh orang tua karena orangtua memiliki ketertarikan pada hal tersebut. 

 

"Oleh karenanya ,dalam konteks konflik komunal dan konflik sosial kita perlu melakukan revitalisasi praktik-praktik parenting tradisional seperti yang dilakukan pada masyarakat etnis Melayu dan beberapa etnis lain dalam praktik parenting di masyarakat modern saat ini. Inilah kemudian yang dunia riset dikenal dengan wacana etno parenting," ujar aktivis NU itu.

 

Kontributor: Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan