Empat Rujukan Islam Nusantara oleh Hadratussyekh Hasyim Asy’ari
NU Online · Ahad, 25 Februari 2018 | 00:15 WIB
Indonesia merupakan negara yang majemuk, baik dari segi etnis, budaya, bahasa, maupun agama. Dari konteks tersebut oleh Hadratussyekh Hasyim Asy’ari menuliskan dan menggambarkan Islam seperti apa yang sekiranya relevan dengan Indonesia. Maka lahirlah Islam Nusantara yang merumuskan satu keberislaman yang ahlu sunnah wal jama’ah, keberislaman yang memperkokoh persatuan, persaudaraan dan solidaritas.
Terdapat empat rujukan Islam Nusantara oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang telah dipaparkan Zuhairi Misrawi saat mengisi kajian rutin Islam Nusantara Center (INC) Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (24/2).
Pertama adalah spirit keagamaan (ar-ruh ad-diniyyah). Ruh keagamaan harus tumbuh sadar, dengan pemahaman yang baik dan benar, harus mengerti ilmu-ilmu bantu yang mendukungnya.
“Bagi para kader-kader NU harus kembali ke pesantren, harus mengkaji kitab kuning, harus tahu Jurumiyyah, ‘Imrithi, Alfiyah, sebab itulah yang menjadi marja’ (rujukan) kita,” kata Misrawi dalam diskusi yang bertema Islam Nusantara menurut Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
Kedua, spirit kebangsaan (al-ruh al-wathaniyyah). Semangat kebangsaan harus tumbuh dalam diri seseorang. Hal itu dapat dilakukan dengan melanjutkan perjuangan bangsa dalam menggapai cita-cita.
“Kecintaan kita terhadap agama harus sama dengan kecintaan kita terhadap bangsa,” kata penulis buku Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari: Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan.
Ketiga, spirit kebhinekaan (ar-ruhut ta’addudiyyah). Sebagai kelompok mayoritas sudah seharusnya memberi perlindungan terhadap kelompok minoritas. Mengacu pada prinsip Al-Qur’an, selama mereka tidak menyerang, mengganggu, atau menebarkan ancaman terhadap kita, maka tidak diperkenankan untuk menyerang mereka.
“Tugas kita adalah bersama-sama dengan mereka dalam membangun negara,”lanjutnya.
Keempat, spirit kemanusiaan (ar-ruhul insaniyyah). Sebagai manusia seseorang haruslah menjunjung tinggi asas-asas kemanusiaan. Senada dengan ayat inni ja’ilun fi al ardhi kholifah. “Seseungguhnya kita diutus di muka bumi ini sebagai kholifah, jadi tak perlu untuk berkhilafah,” imbuhnya disertai sorak hadirin.
“Inilah rujukan yang telah kita sepakati dalam berislam nusantara oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari hingga sekarang,” lanjutnya. (Nuri Farikhatin/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua