Nasional TAUSHIYAH RAMADHAN

Dua Hal dalam Puasa

NU Online  ·  Jumat, 20 Juli 2012 | 15:42 WIB

Bandung, NU Online
Puasa Ramadhan pada hakikatnya adalah melaksanakan dua hal. Pertama menahan diri dari setiap perkara yang membatalkan puasa. Kedua adalah mendekatkan diri kepada pemilik jagad raya yaitu Allah SWT.<>

"Selain menahan diri dari setiap yang membatalkan puasa, puasa bulan Ramdhan  juga untuk mendekatkan diri kepada Allah,” tutur Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat H. Imron Rosyadi  kepada NU Online di Bandung, Jum’at (20/7).

Menurut Imron, mengutip Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, hikmah Ramadhan sesungguhnya bisa dikembalikan kepada semangat Islam, yakni semangat untuk menghalau kesenjangan sosial, sikap serba cuek dengan masyarakat sekitar.

"Saya rasa jika semangat Ramadhan ini tertanam, fitrah manusia akan kembali menemukan harmonisasi demi membangun masyarakat yang adil," ujarnya.

“Jika tahun lalu, puasa Ramadhan hanya sebagai simbol ibadah semata maka untuk tahun ini, mari kita jadikan bulan Ramadhan sebagai  nilai transformasi bagi seluruh masyarakat untuk menahan diri dari ketamakan, korupsi, bertindak zalim dan segala rupa perbuatan batil. Karena Puasa Ramadhan  adalah ber-imsak (menahan) dari setiap hal-hal yang dilarang agama baik sedang puasa maupun setelah puasa," ujarnya.  

Imron menambahkan apabila di bulan-bulan lain elit politik mengumbar kata-kata, selama bualan puasa ini harus mulai berlatih untuk lebih bijak dalam berkata. Begitu pun apabila di bulan selain bulan Ramdhan para birokrasi menyimpangkan anggaran, dengan datangnya bulan Ramadhan bertobat lah dengan mengakhirinya.

“Tentunya selama bulan puas kita akan banyak coban. Namun saya yakin dengan kebesaran hati dalam menjalan perintah agama semua cobaan akan bisa di atasi. Jangan sampai makna puasa kita terogoda dengan hal-hal yang kurang baik," pungkasnya.




Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Zaenal Mutaqin