Nasional

Doa Menteri Agama di Istana Negara Terilhami Doa Kemerdekaan Gus Mus

Sel, 17 Agustus 2021 | 09:40 WIB

Doa Menteri Agama di Istana Negara Terilhami Doa Kemerdekaan Gus Mus

Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas saat sowan ke KH Ahmad Mustofa Bisri (Foto: Ist)

Jakarta, NU Online
Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas didaulat membacakan Doa Syukur Kemerdekaan pada Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka Jakarta, Selasa 17 Agustus 2021. 

 

Cuplikan video doa berdurasi 4 menit itu kemudian menyebar dan banyak dibagikan oleh para pengguna media sosial. Doa yang diawali dengan bacaan basmalah dan diakhiri doa keselamatan, Rabbanā ātinā fiddunya hasanah, wa fil ākhirati hasanah, waqinā adzābannār, ini sebenarnya terilhami dari “Doa Kemerdekaan” yang ditulis oleh KH A Mustofa Bisri. Hanya ada sedikit penyusuaian di bagian akhir.

 

Berdasarkan penelusuran NU Online, tulisan berjudul “Doa Kemerdekaan” tersebut pertama kali tayang pada 16 Agustus 2014 silam di akun Facebook Simbah Kakung, yaitu akun pribadi milik Gus Mus. NU Online kemudian mengunggah kembali pada hari yang sama dengan judul “Doa Kemerdekaan Gus Mus

 

Setelah dibacakan pada Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka Jakarta, pagi tadi, teks dan video doa Menag kemudian viral dan dibagikan oleh banyak orang di berbagai platform media sosial. Rata-rata netizen mengapresiasi dengan komentar positif.

 

Akun @MembacaMakna, misalnya, merespons doa yang dibacakan Menag. “MasyaAllah, sangat menyentuh langsung ke dasar qalbu,” tulisnya.


Akun @triyaningsih bahkan sudah tahu jika doa tersebut ditulis oleh Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. “Gus Mus, mugi sehat selalu, panjang umur,  sehingga bahasa-bahasa indah penuh makna dapat trus kami dengar,” ungkapnya.

 

Menulis Puisi
Selain dikenal sebagai kiai yang mengasuh pesantren, Gus Mus juga masyhur sebagai penyair yang banyak menulis puisi, dan cerpen, termasuk cukup rajin menulis kaligrafi. Ia juga kerapkali tampil dalam berbagai even bersama para penyair dan budayawan. Puisi-puisinya banyak mengandung nilai etika dan spiritual yang berasal dari sumber di mana ia berasal: tradisi pesantren.

 

Karena karya-karya sastranya itu, Gus Mus banyak bergaul dan dekat dengan berbagai kalangan. Meski di NU ia merupakan sosok yang “disepuhkan,” namun hal itu tak menghalanginya untuk membersamai berbagai kelompok maupun komunitas. Misalnya, ia kerapkali diundang di acara Maiyah yang diampu Emha Ainun Nadjib. Di komunitas Maiyah, nama Gus Mus tidak asing lagi. Buku-buku karyanya, membersamai buku-buku Gus Dur dan Emha di lapak-lapak sekitar Maiyah digelar.