Nasional

Diskusi IKA PMII; Tiga Tendensi Politik dan Solusinya

NU Online  ·  Kamis, 1 Maret 2018 | 12:30 WIB

Jakarta, NU Online
Pengamat politik Abdul Aziz mengungkapkan, ada tiga kecenderungan yang memengaruhi situasi politik saat ini. Pertama, oligarki partai politik. Menurutnya, publik perlu mendesak partai politik untuk melakukan regenarasi.
 
"Misalnya, perlu adanya pembatasan maksimal kepemimpinan dua periode," kata Aziz dalam dialog publik bertema UU Politik: antara Dominasi Parpol dan Hak Politik Warga Negara di aula lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (1/3).
.
Selain itu, salah satu solusi dari tendensi oligarki adalah partai tidak dikelola oleh pimpinan partai, melainkan oleh manajer. “Jadi, sejauh ini kita tidak tahu siapa ketua Partai Demokrat di Amerika,” ujar Aziz.

Tokoh yang muncul, lanjutnya, adalah tokoh partai yang telah melewati eliminasi dari bawah sampai atas, atau yang biasa disebut sebagai electoral college.

Kedua, tendensi koruptif. Kecenderungan kedua ini tidak hanya berada di kalangan partai, tetapi juga pejabat atau bahkan rakyat. Tantangan one man one vote di masa transisi menjadi problem bagi perkembangan demokrasi.

Mengutip Robert Dahl, warga negara kompeten punya kemampuan menolak pemberian yang akan memengaruhi jati dirinya sebagai warga bebas. Hal ini tidak dilakukan oleh partai. Harusnya masyarakat ambil peran di sini untuk menyadarkan warga secara umum.

“Harus dibuat fatwa oleh PBNU bahwa itu haram karena itu (gratifikasi atau pemberian hadiah, red) akan mengubah situasi politik yang akan datang yang belum tentu membuat mereka sejahtera,” katanya.

Menurutnya, tendensi koruptif ini tidak cukup hanya dengan Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tetapi juga harus menyeluruh melalui masyarakat sipil.

Sedangkan ketiga, tendensi otoritarian. Tendensi terakhir ini mengharapkan pemimpin bertangan besi. Hal ini tentu saja memengaruhi kaderisasi.

Oleh karena itu, Abdul Aziz mengajukan dua solusi pada kesempatan tersebut. Pertama, membangun kompetensi masyarakat, seperti yang disebutkan oleh Robert Dahl di atas.

"Kedua, membangun kesadaran masyarakat melalui original intelectual, cendekiawan yang turun langsung ke daerah masing-masing, seperti yang dilakukan oleh India," pungkasnya. (Syakirnf/Ibnu Nawawi)