Nasional

Dari NU untuk Dunia: R20, ASEAN IIDC, hingga Rencana “Bahtsul Masail” Antaragama

Rab, 16 Agustus 2023 | 19:30 WIB

Dari NU untuk Dunia: R20, ASEAN IIDC, hingga Rencana “Bahtsul Masail” Antaragama

Ketua Panitia ASEAN IIDC Ahmad Suaedy saat wawancara bersama Swara NU. (Foto: tangkapan layar kanal Youtube Swara NU)

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia mengambil langkah progresif dalam menjembatani pemahaman agama dengan konteks dunia modern. Di bawah komando Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, NU sejak tahun 2022 telah menggelar sejumlah forum di tingkat internasional yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendiskusikan peran agama dalam skala global. Forum-forum tersebut mengundang cendekiawan agama, pemimpin lintas agama, serta tokoh intelektual dari berbagai belahan dunia.


Gagasan tersebut mulai dijalankan perdana melalui perhelatan G20 Religion Forum of Twenty atau R20 di Nusa Dua, Bali pada awal November 2022 lalu. Dari keberhasilan penyelenggaraan forum R20, Gus Yahya mantap untuk melanjutkan inisiatif berikutnya yakni Muktamar Internasional Fiqih Peradaban pertama di Indonesia yang digelar di Surabaya pada Februari 2023. Ia yakin forum akan memberi banyak dampak bagi pembangunan perdamaian dunia, sehingga stabilitas dan keamanan global terpelihara. 


Terbaru, NU kembali menggagas sebuah forum dialog yang melibatkan pemuka agama, cendikiawan, serta pemangku kebijakan. Forum tersebut adalah ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference atau ASEAN IIDC di Jakarta pada Senin, 7 Agustus 2023 lalu. 


Ketua Panitia ASEAN IIDC yang sebelumnya juga menjabat Ketua Panitia R20, Ahmad Suaedy, mengatakan sederet upaya NU untuk kembali memposisikan agama pada diplomasi dunia tersebut memiliki kekhasan. 


“Ini berbeda dengan pertemuan-pertemuan intelektual, NGO (LSM), dan lain sebagainya. Itu kan lebih intelectual excessive. Kalau di pertemuan NU itu semacam bahtsul masail,” terang Suaedy dalam tayangan “Deklarasi ASEAN IIDC 2023, Ada Apa Saja?” diakses melalui kanal Youtube Swara NU, Rabu (16/8/2023).


Maka itu, dalam upaya untuk memperkuat dialog antaragama dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik antara berbagai kepercayaan, Suaedy mengusulkan sebuah rencana "Bahtsul Masail" antaragama kepada Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU. Kegiatan ini diharapkan akan melibatkan para pemimpin agama dan tokoh-tokoh masyarakat lintas kepercayaan untuk membahas isu-isu yang relevan dengan kehidupan beragama dan sosial. 


“Baru saja saya usul agar pertemuan ini dimasukkan sebagai agenda bahtsul masail. Ada bahtsul masail Islam dunia seperti Muktamar Fiqih Peradaban 1. Jadi, nanti mungkin ada Fiqih Peradaban 2 dan sebagainya,” kata Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) tersebut. 


“Ada (juga) bahtsul masail antaragama yang membahas tentang berbagai problem dunia lintas agama. Saya mendekati ketua LBM, Kiai Mahbub, saya berbicara kepadanya boleh struktur bahtsul masail itu tidak cukup hanya nasional harus ada internasional dan regional,” imbuh Suaedy. 


Sebagai organisasi Islam moderat dan inklusif, Suaedy menilai Nahdlatul Ulama telah berkomitmen untuk terus mendorong dialog dan kolaborasi antaragama demi menciptakan masyarakat global yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan dan kerukunan. Forum-forum internasional besutan NU tersebut merupakan langkah konkret dalam menjalankan komitmen tersebut, serta mengambil peran dalam merespons tantangan global dengan perspektif agama yang terinformasi dan terbuka.


Seperti diketahui, tiga perhelatan NU berskala internasional itu memuat panel-panel diskusi yang diisi oleh para pemuka agama, budayawan, dan cendekiawan internasional yang memiliki pengalaman luas dalam bidang agama dan budaya. Forum tersebut diharapkan dapat menjadi wadah untuk saling berbagi pandangan, gagasan, dan pengalaman dalam upaya membangun dunia yang lebih inklusif, adil, dan harmonis.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa