Nyai Sinta Nuriyah Ingatkan Prabowo: Kekuasaan Tanpa Etika Akan Membawa Malapetaka
NU Online · Rabu, 3 September 2025 | 19:30 WIB

Tokoh Gerakan Nurani Bangsa Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid di Griya Gus Dur, Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta, pada Rabu (3/9/2025). (Foto: TVNU/Maudi Putri)
M Fathur Rohman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Gerakan Nurani Bangsa (GNB) menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi Indonesia pascademonstrasi besar di berbagai kota yang memakan korban jiwa.
Dalam pernyataannya, tokoh-tokoh bangsa yang tergabung dalam GNB menegaskan bahwa kekuasaan harus dijalankan dengan nurani, bukan dengan kekerasan.
Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengingatkan Presiden Prabowo Subianto agar menjalankan kekuasaan dengan berpijak pada nilai kemanusiaan.
"Rakyat marah pada ketidakadilan, demonstrasi yang tak kunjung direspons, dan aparat keamanan yang menggunakan kekerasan berlebihan. Ini harus menjadi pelajaran berharga agar bangsa kembali pada landasan etik dan nurani," ujar Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Ia juga mengingatkan Prabowo bahwa kekuasaan yang dijalankan tanpa etika dan nurani hanya akan mendatangkan malapetaka bagi seluruh bangsa.
"Siapapun yang diberi amanah kekuasaan, gunakanlah dengan nurani. Kekuasaan yang disalahgunakan justru akan membawa malapetaka bagi kita semua," tegasnya.
Ia menekankan bahwa setiap kebijakan pemimpin seharusnya diputuskan demi kemaslahatan rakyat, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu.
"Kebijakan para pemimpin harus diputuskan demi kemaslahatan rakyat, bukan untuk kepentingan sempit," jelasnya.
Sementara itu, Kardinal Ignatius Suharyo menyoroti lemahnya kepekaan pemimpin dalam mendengar kritik publik.
Ia mengingatkan bahwa suara rakyat, akademisi, hingga mahasiswa sering kali tidak tersampaikan secara utuh karena disaring oleh kepentingan politik di sekitar kekuasaan.
"Pertanyaannya, apakah kritik yang disampaikan sungguh didengar oleh pemerintah? Atau hanya sampai pada telinga orang-orang dekat yang menyaringnya menjadi hal-hal yang baik-baik saja?" kata Suharyo.
Ia juga menyinggung persoalan data sosial-ekonomi yang dinilainya tidak realistis. Kardinal mencontohkan perbedaan antara data kemiskinan versi BPS dan Bank Dunia.
“Jika standar miskin hanya dihitung Rp21 ribu per hari, itu tidak realistis. Angka-angka ini seakan menutupi kenyataan. Kita harus berani membuka kesalahan dan bertobat sebagai bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, transparansi dan kejujuran merupakan prasyarat penting untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas.
"Kalau kita tidak tahu dari mana kita berjalan, bagaimana mungkin kita tahu akan ke mana bangsa ini diarahkan?" tambahnya.
Gerakan Nurani Bangsa yang digagas sejumlah tokoh lintas agama, akademisi, dan budayawan ini menyerukan agar negara menghentikan kekerasan, kembali pada prinsip etika, dan mengedepankan nurani dalam kebijakan publik.
Tokoh GNB yang hadir antara lain Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Ignatius Kardinal Suharyo, Pdt Gomar Gultom, Franz Magnis Suseno SJ, Erry Riyana Hardjapamekas, Laode M Syarif, Ery Seda, A Setyo Wibowo SJ, Lukman Hakim Saifuddin, dan Alissa Wahid.
Terpopuler
1
Instruksi Kapolri soal Tembak di Tempat Dinilai Berbahaya, Negara Harus Lakukan Evaluasi
2
Haul Ke-44 KH Abdul Hamid Pasuruan, Ini Rangkaian Acaranya
3
Gusdurian Desak Kapolri Mundur usai Marak Kekerasan Aparat
4
Prabowo Batalkan Kunjungan ke Tiongkok, Pilih Fokus Tangani Situasi Dalam Negeri
5
Koalisi Masyarakat Sipil Nilai Pidato Prabowo Tak Singgung Ketidakadilan Sosial dan Kebrutalan Aparat
6
Prabowo Instruksikan TNI-Polri Tak Ragu Ambil Langkah Tegas saat Hadapi Kerusuhan
Terkini
Lihat Semua