Brebes, NU Online
Menjadi manusia di dunia, memang tidak bisa lepas dari kebutuhan hidup di dunia. Tetapi jangan terlalu hubuddunya (cinta dunia). Karena hanya akan menyengsarakan bagi diri sendiri dan merugikan orang lain. <>
“Apalah artinya makan roti kalau hasil dari korupsi, buat apa kaya raya kalau banyak dosa,” ungkap Kiai muda asal Salatiga KH Fauzi Arkan saat menyampaikan mauidlotulhasanah pada peringatan Nuzulul Quran tingkat Kabupaten Brebes di alun-alun Brebes, Senin (6/8) malam.
Dunia, kata Fauzi, hanya sebagai perantara menuju kehidupan yang langgeng di akherat. Tetapi, kadang manusia dilupakan oleh kemegahan dunia. Sehingga apapun dilakukan hanya untuk mengeruk keuntungan sesaat dengan cara-cara yang mudlarat.
Manusia yang hubuddunya hidupnya selalu serakah, tidak pernah bersyukur apa yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Hak-hak yatim piatu dan fakir miskin tidak pernah terbersit secuil pun bahkan cenderung menguasai harta milik orang lain.
“Orang yang hubuddunya didunia masuk penjara, di akherat mlebu neraka, naudzubillah mindalik,” ujarnya.
Fauzi menyampaikan dakwahnya dengan gaya kocak, ditemani oleh Cak Dikin dan Mba Wiwik dari Banyuwangi. Secara bergantian mereka berdakwah lewat tembang yang diiringi tembang-tembang religi iringan alunan musik Amanda Band Solo.
Allah SWT menyediakan rumah surga bagi orang yang beriman dan rumah neraka bagi yang mengikuti jalannya setan. “Hubuddunya termasuk jalan setan,” terang Cak Dikin disambut gelak tawa pengunjung.
Kiai Fauzi juga mengingatkan, diakhir zaman ini kita harus berdoa jangan sampai ditimpakan pemimpin yang bodoh. Bodoh dalam artian minim ilmu agamanya maupun minim ilmu dunia. Ilmu itu, bagaikan gedung. Untuk membukanya dibutuhkan ketrampilan mengaji dan bertanya kepada guru dan kiai.
Selain itu, Fauzi berharap agar umat Islam selalu menjaga persatuan dan kesatuan. Jangan sampai gara-gara Pemilukada umat Islam di Brebes jadi terpecah belah. Maka dari itu, dirikanlah sholat berjamaah. Lewat sholat berjamaah akan terjalin ukhuwah islamiyah, sehingga mengokohkan barisan shof dan Islam menjadi kuat.
“Tidak jamannya lagi kita perbesar perbedaan, karena hanya akan memecah belah belaka,” ajak Fauzi.
Sholat, menjadi ibadah personal yang tidak bisa diwakilkan. Sholat juga tidak bisa ditawar-tawar. Karena pada hakekatnya sholat menjadi bangunan ibadah bagi umat Islam. Yang membedakan antara umat Islam dan Non Muslim ada pada sholatnya. “Bagaimana mau dikatakan muslim, kalau sholat saja tidak pernah dia kerjakan,” terangnya.
Sholat juga menjawab kebutuhan dunia dan akherat. Ingin banyak rejeki, maka sholat dhuha, ingin ditingkatkan derajatnya ada sholat tahajud, ingin dikabulkan keinginannya ada sholat hajat, ingin memilih yang terbaik ada sholat istikharah. “Bila sudah tidak mampu sholat, maka hendaklah disholati, alias mati,” pungkasnya.
Peringatan Nuzulul Quran di kemas dalam balutan Nada dan Dakwah. Tembang yang mengalirpun semua bernuansa religi. Seperti lir-ilir, eling-eling, labaik, sujud dan lainnya.
Ketua Panitia penyelenggara H Kif Aminanto menjelaskan, rangkain peringatan Nuzulul quran, diawali dengan kegiatan pembagian ponggol berbuka puasa bagi 7000 hadirin. Dilanjutkan sholat maghrib, isya dan tarawih berjamaah.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Brebes H Agung Widyantoro menyerahkan bantuan untuk masjid, mushola dan pondok pesantren di Kecamatan Brebes. Juga diserahkan bingkisan untuk para ulama dari 17 Kecamatan di Kabupaten Brebes.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Wasdiun
Terpopuler
1
Suami Alami Lemah Syahwat, Apa Hak Istri dalam Islam? Ini Penjelasan Fiqih Lengkapnya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Gus Yahya: Warga NU Harus Teguh pada Mazhab Aswaja, Tak Boleh Buat Mazhab Sendiri
4
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
5
Guru Besar Ushul Fiqih UIN Raden Intan Ungkap Nilai-Nilai Pancasila dalam Tahlilan
6
Refleksi Hari Buku Nasional 2025: Meneguhkan Tradisi Literasi Pesantren
Terkini
Lihat Semua