Cholid Mawardi Pertegas Ketajaman Nalar dan Nurani Ansor
NU Online · Kamis, 26 April 2012 | 19:30 WIB
Jakarta, NU Online
Ketajaman daya pikir dan wawasan yang luas adalah kebutuhan mutlak dalam melebarkan sayap gerakan organisasi. Namun, kejernihan nurani dalam diri seorang aktivis sebuah organisasi kepemudaan adalah modal pokok yang tidak bisa diabaikan. Keduanya menjadi aset utama para kader organisasi dalam menentukan suatu sikap atas tantangan zaman mereka.<>
“Nahdlatul Ulama dalam mengambil kebijakannya selain mengandalkan akal tetapi juga menyandarkan diri kepada Allah,” tegas KH Cholid Mawardi, Ketua Umum PP GP Ansor periode 1980-1985 dalam pidato sambutan peluncuran hari lahir (Harlah) GP Ansor yang ke-78, di Gedung PP GP Ansor, Kramat Sentiong, Jakarta Pusat, Selasa (24/4) malam lalu.
KH Cholid Mawardi mengilas balik tantangan NU di zaman Bung Karno. NU di tahun 1955, dihadapkan pada pilihan ‘waliyyul amri addaruri bissyaukah’, gelar istimewa yang diberikan NU kepada Presiden Sukarno. Di samping pentingnya berdiskusi secara rasional tentang pemberian gelar ‘waliyyul amri’ untuk Presiden Sukarno, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak lupa mengadakan sembahyang istikharah.
Pada waktu itu, posisi Menteri Agama diduduki oleh KH Masykur. Sementara, kepengurusan Syuriah PBNU, dipimpin oleh KH Abdul Wahab Chasbullah. Permohonan atas petunjuk Tuhan itulah yang dijalankan oleh NU, tambah sesepuh GP Ansor.
Pembukaan harlah GP Ansor ke-78 ini menunjuk tema “Indonesia Bangkit, Rakyat Sejahtera”. Sekurangnya, 500 pemuda GP Ansor berseragam hijau dan bersongkok hitam khas aktivis pergerakan 1945, memenuhi Gedung PP GP Ansor. Sementara puluhan Banser, Barisan Ansor Serbaguna, berseragam cokelat-krem tampak berjaga-jaga menyukseskan kelancaran acara. Seragam Banser lengkap dengan atribut sepatu laras dan bertutup kepala oleh baret, menegaskan semangat muda sahabat GP Ansor.
Karena itu saudara-saudara, imbau KH Cholid Mawardi, aktivis GP Ansor harus mempertajam daya pikir. Selain itu, barisan GP Ansor juga harus mengasah nurani dan akhlak. Akhlak sungguh berbeda dengan moral, tambahnya. Akhlak menyangkut hati dan kepasrahan manusia kepada Tuhan.
GP Ansor harus mempertajam nalar dan nurani sehingga terjadi keseimbangan, ajak KH Cholid Mawardi. Harapnya, GP Ansor di masa depan memiliki ciri khas yang lebih khusus lagi, yaitu ketajaman daya pikir yang pandai melontar argumentasi tetapi juga hati nurani yang matang.
“Kalau sudah berpikir maksimal, maka berserahlah kepada Allah. Faiza azamta, fa tawakkal Alallah. Berpikir dan berpikir. Kalau sudah itu, laksanakanlah, azamta, lalu fa tawakkal alallah,” katanya.
Ia berharap, dengan keseimbangan nalar dan nurani, Ansor memiliki masa depan yang lebih kokoh lagi sebagai pengejawantahan keyakinan organisasi. Karena, Ansor adalah gerakan Islam yang berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah.
Sebelum meninggalkan podium, ia yang tetap tegar di usia lanjutnya, meneriakkan yel-yel GP Ansor di hadapan ratusan sahabat GP Ansor. ‘Hidup Ansor! Hidup Ansor!’soraknya disambut gemuruh yel-yel ratusan sahabat GP Ansor dari barisan duduk depan hingga barisan terbelakang.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua