Nasional HARLAH KE-17 NU ONLINE

Cegah Hoaks dengan Ilmu Hadits

Rab, 15 Juli 2020 | 15:15 WIB

Cegah Hoaks dengan Ilmu Hadits

Direktur NU Online Savic Ali dalam sebuah diskusi bareng tim media. (Foto: NU Online/Syakir)

Jakarta, NU Online
Hoaks merupakan masalah yang melanda dunia secara umum. Hampir seluruh negara berjuang melawan problematika itu, hatta negara maju sekalipun. Persebarannya pun terjadi di berbagai media sosial yang ada.


Direktur NU Online Savic Ali menyampaikan, media yang dipimpinnya mengajak dan mendidik masyarakat untuk menghindari masalah pelik itu dengan ilmu hadits.


"Kalau warga NU yang belajar hadits kan tahu dipercaya dari soal sanad dan matan," katanya saat galawicara dalam rangka 17 tahun NU Online di TV9, Selasa (14/7).


Ia menjelaskan, hadis tanpa perawi (periwayat) tidak bisa disebut sebagai hadits. Jika terdapat perawi-nya yang bermasalah, maka hadis berkekuatan lemah. Hal serupa juga dapat diterapkan dalam berita.


"Kalau berita nggak ada penulisnya ya nggak bisa dipercaya. Penulis yang kredebilitasnya meragukan, tidak bisa langsung dipercaya," jelas mantan Aktivis 1998 ini.


Kemudian, lanjut Savic, institusi pemberi kabar juga harus jelas. Jika ada situs website yang tidak mencantumkan nama redaksinya berarti memang tidak bertanggung jawab. "Web NU jelas. Orang komplain jelas ke siapa," terangnya.


Selain soal perawi, lanjut dia, hadits juga perlu dilihat dari segi matan-nya. Jika kontennya bertentangan dengan hadits lain, tidak mencerminkan akhlak Rasulullah SAW, itu meragukan. Demikian juga dalam berita, pembaca harus melihat media pembanding agar mengetahui keakuratan kabar yang diterimanya.


"Kita baca dari sumber kredibel. Konten apapun dari sumber yang tidak kredibel ya berarti tidak boleh dipercaya. Kalau ada perawinya kita harus cek juga di sumber lain," tegasnya.


Sementara itu, Savic juga menyatakan bahwa seluruh tulisan di WhatsApp jika bukan dari orang yang dikenal, maka tidak layak dipercaya. Sebab, tulisan banyak disebarkan orang lain. Tetapi ketika ditanya, si pengirim pun tidak mampu menjawabnya.


Oleh karena itu, pria asal Pati, Jawa Tengah itu mengingatkan agar masyarakat dapat memberitahu berita pembanding kepada orang yang kerap mudah termakan hoaks.


"Orang tua yang susah dibilangin, menganggap kabar diterima benar, kalau dikasih pembanding lama-lama berubah," terangnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori