Nasional

Masyarakat Diminta Selektif Terhadap Berita Corona di Medsos

Ahad, 19 April 2020 | 11:30 WIB

Masyarakat Diminta Selektif Terhadap Berita Corona di Medsos

Tokoh masyarakat merupakan influencer yang memiliki pengaruh kuat di kalangan masyarakat Indonesia. (Ilustrasi)

Jakarta, NU Online
Beberapa waktu lalu, dalam sebuah grup WhatsApp, seorang anggota group mengirimkan video berdurasi 1 menit 39 detik yang menayangkan penangkapan seorang ilmuan Harvard yang membuat dan menjual virus Covid-19 ke Cina. Dia menanyakan kebenaran informasi dalam video tersebut kepada anggota grup yang lain.
 
Memang, penyebaran berita hoaks mengenai wabah virus Corona jenis Covid-19 menjadi fenomena tersendiri akhir-akhir ini. Dalam laporan Kominfo pertanggal 19 April 2020, jumlah informasi hoaks terkait corona virus sebanyak 560 buah.
 
Dalam keadaan demikian banyak informasi, masyarakat disarankan agar lebih selektif dalam memilih informasi. "Masyarakat harus bisa memilih berita yang berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti berita himbauan dan sosialisasi kebijakan dari Pemerintah," ujar kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr. Mohammad Kemal Dermawan di Jakarta, akhir pekan lalu.
 
Jika menemukan informasi yang meragukan, Mohammad Kemal Dermawan mengimbau agar merujuk pada sumber yang berwenang seperti pemerintah dan lembaga kesehatan. Jika tidak ditemukan, masyarakat bisa mengecek keabsahan sebuah informasi dari sumber berita yang terpercaya.
 
Seperti contoh saat menerima kesimpangsiuran mengenai langkah pemerintah dalam menghadapi wabah virus corona yang berdampak pada perekonomian masyarakat. Dalam keadaan kesimpangsiuran informasi demikian, ia mengingatkan agar merujuk pada sumber yang kredibel.
 
Berita bohong melahirkan hasutan
Tak cukup melahirkan kesimpangsiuran, berita bohong, lanjutnya, kerap kali melahirkan hasutan sejenis ‘adanya pelarangan sementara ibadah di tempat ibadah seperti masjid, gereja dan lain sebagainya’.
 
"Informasi semacam ini, bagi sebagian warga masyarakat bisa menjadi sumber untuk melakukan tindakan anarkis, alih-alih sebagai bentuk perlawanan terhadap larangan beribadah. Padahal maksud sebenarnya bukan itu, melainkan pelarangan orang berkumpul di tempat ibadah untuk memutus rantai penyebaran virus," terangnya.
 
Baca Juga:

Penjelasan soal Larangan Shalat Jumat dan Berjamaah saat Wabah Covid-19

Beda Pendapat ulama Soal Peniadaan Shalat Jumat Akibat Corona

 

Maka di dalam keadaan demikian ini, ia juga meminta pemerintah agar bekerja lebih dekat dengan tokoh masyarakat dalam menyampaikan pentingnya verifikasi kebenaran sebuah informasi. Sebab bagaimanapun, tokoh masyarakat merupakan influencer yang memiliki pengaruh kuat di kalangan masyarakat Indonesia.
 
"Maka tokoh masyarakat juga harus dilibatkan untuk selalu mengingatkan warganya agar tidak mudah percaya dengan berita atau informasi yang tidak jelas sumbernya," pungkasnya.
 
Pewarta: Ahmad Rozali
Editor: Kendi Setiawan