Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal PBNU, H Helmy Faishal Zaini secara resmi membuka acara Nusantara Millenial Summit yang digelar di The Media Hotel and Tower, Jalan Gunung Sahari, Jakarta, Sabtu (22/6).
Dalam sambutannya, Helmy menyampaikan bahwa pertemuan hari ini penting guna merusmuskan dan meletakkan posisi pelajar NU di era yang penuh tantangan ini sehingga bisa berbuat lebih bagi kemanusiaan dan kebangsaan.
Ia mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga tantangan besar yang dihadapi di era saat ini. Pertama, masuknya paham transnasional, radikalisme, dan terorisme. Hal tersebut bahkan sudah masuk ke kalangan tentara.
"Ada informasi mengagetkan bahwa tiga persen TNI terpapar radikalisme. Bayangkan aparat penegak hukum dan keamanan yang terpapar radikalisme," ujarnya.
Mengutip hasil penelitian sebuah lembaga di Amerika Serikat, pria kelahiran 1 Agustus 1972 itu mengungkapkan bahwa sudah ada empat persen penduduk Indonesia terpapar radikalisme.
Tantangan lain adalah sektor ekonomi yang saat ini masih mengalami kesenjangan antara orang kaya dan miskin. Hal ini harus dijawab bersama.
Di samping itu, Helmy menyampaikan bahwa sudah ada 53 persen penduduk Indonesia atau sekitar lebih dari 132 juta orang sudah menggunakan gawai.
Melihat tiga tantangan tersebut, ia menegaskan bahwa perlu formula menjawabnya dan mengajak keluarga NU untuk bersama-sama menjawabnya.
Para generasi milenial NU, katanya, harus mengembangkan ekonomi, dakwah, dan membuat narasi melawan radikalisme dengan memanfaatkan teknologi informasi, seperti pembuatan aplikasi dan persebaran narasi melalui media sosial.
"Kita harus menjadikan dakwah ini melalui apa yang disebut sebagai sosmed sehingga ajaran ulama kita akan terus menjadi pedoman kehidupan kebangsaan kita sehingga kita tidak terpengaruh paham radikalisme," pungkasnya.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Kegiatan ini bakal diisi oleh tokoh-tokoh milenial, seperti perwakilan organisasi pelajar, aktivis pesantren, pengguna media sosial, pelaku ekonomi, dan sebagainya. (Syakir NF/Zunus)