Nasional

Bondan Gunawan: Kalau NU Goyah, Indonesia Juga Goyah

NU Online  ·  Rabu, 20 Agustus 2014 | 03:08 WIB

Jakarta, NU Online
Status NU di Indonesia bukan sekadar ikut numpang. Ormas Islam terbesar ini memiliki andil besar dan menentukan dalam sejarah pendirian republik ini. Hal ini dibuktikan dengan partisipasi aktif para tokohnya dalam perjuangan kemerdekaan dan proses penyusunan asas negara.
<>
Demikian disampaikan Bondan Gunawan, mantan Menteri Sekretaris Negara era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), saat menjadi narasumber dalam acara Rutinan Istighotsah Selapanan yang digelar Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa di masjid An-Nahdlah, Jakarta, (19/8).

Bondan mengisahkan, saat Bung Hatta merasa gelisah dengan ancaman perpecahan lantaran adanya keberatan dari rakyat Indonesia Timur terhadap sila pertama pada Piagam Jakarta, orang yang ditemuinya adalah KH Wahid Hasyim. Dengan tanggapan spontan, Wahid Hasyim yang menjadi anggota BPUPKI saat itu setuju mencoret klausul “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Bondan juga mengingatkan peran kiprah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang salah satu pengaruh monumentalnya adalah fatwa Resolusi Jihad. Seruan yang disebarkan pada 22 Oktober 1945 ini, menurutnya, memiliki pengaruh besar terhadap berkobarnya semangat perlawanan pada 10 November 1945 di Surabaya.

Sahabat karib Gus Dur ini menilai, peran NU terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia masih berlangsung hingga kini. “NU adalah pilar bangsa. Kalau sampai goyah Indonesia juga ikutan goyah,” kata Bondan. Ia juga mendorong Pagar Nusa mampu menjadi penggerak di NU.

Hadir pula dalam acara yang dirangkai dengan halal bihalal dan refleksi peringatan hari ulang tahun kemerdekaan ini Ketua PP PSNU Pagar Nusa Aizzuddin Abdurrahman, Rais Syuriah PBNU KH Saifuddin Amtsir, M. Hanif Dhakiri (anggota DPR RI, penasihat PP PSNU Pagar Nusa), dan Prie GS (budayawan). (Mahbib Khoiron)