Nasional

Berkat Ajaran Kiai Kemajemukan Indonesia Berjalan Harmoni

NU Online  ·  Sabtu, 4 Agustus 2018 | 18:39 WIB

Berkat Ajaran Kiai Kemajemukan Indonesia Berjalan Harmoni

Sekjen PBNU A Helmy Faishal Zaini (kedua dari kanan)

Tangerang, NU Online
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang menyelenggarakan seminar nasional sekaligus bedah buku Miqat Khebinekaan karya Sekretaris Jenderal PBNU H A Helmy Faishal Zaini, Selasa (17/4). Hadir sebagai narasumber penulis buku Sekretaris Jenderal PBNU H A Helmy Faishal Zaini, dan pembedah Ketua MUI Tangerang KH Edy Junaedi Nawawi dan Penerbit Emir.
 
Dalam kesempatan tersebut Kang Helmy, sapaan akrab Sekjen PBNU, mengatakan kondisi kemajemukan dan keberagaman yang ada di Indonesia berjalan harmoni karena metode ajaran kiai NU yang bijak bestari. Dalam mengajarkan islam para ulama NU tidak menggunakan senjata.
 
"Dahulu ada warga yang memasang sesajen di pojok rumah atau pohon besar. Secara perlahan ulama dahulu tidak langsung melarang dan menuding haram. Tapi, diajak secara bertahap memasak potong kambing, masak nasi dan mengundang tetangga untuk berdoa, akhirnya dijadikan tradisi selamatan," tutur Kang Helmy memaparkan inti buku Miqat Kebhinekaan di Aula Kampus STISNU, Tangerang, Banten.
 
Selain itu, lanjut Kang Helmy umat Muslim yang mayoritas di Indonesia tidak berlaku semena-mena bahkan ikut melestarikan rumah ibadah agama lain. "Contoh Candi Borobudur tempat ibadah agama Budha salah satu yang besar di dunia, Candi Prambanan umat Hindu dan terhadap masyarakat di Bali tidak mengusik," imbuhnya.
 
Kang Helmy menceritakan PBNU sejak muktamar Jombang banyak tamu dari luar negeri dengan berbagai latar mulai dari peneliti, media dan duta besar. Mereka, lanjutnya mempertanyakan resep menjaga keutuhan Indonesia yang keberagaman lebih komplek dibanding dengan negara lain tapi bisa bersatu.
 
Resepnya karena NU mengamalkan konsep tiga ukhuwah yakni ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah insaniyah/bashariyah. "Konsep yang tidak lepas dari kiai kharismatik KH Achmad Siddiq pernah menjadi Rais Aam PBNU berduet dengan almarhum Gus Dur," tegas Kang Helmy.
 
Sementara KH Edy Junaedi menuturkan bahwa keberagaman Indonesia adalah rahmat sehingga dapat mengelola persatuan dari Aceh hingga Papua yang memiliki luas hampir 12 juta hektar. 
 
"Berbagai macam suku, agama, bahasa, tapi bisa bersatu. Ini kita bhineka. Kalau dipikir Sunda Banten dengan Sunda Sukabumi dan Bogor dialeknya berbeda, padahal sama Sunda. Tapi, bisa bersatu karena ada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945 (PBNU)," jelas Kiai Edy.
 
Hadir civitas akademika STISNU dan ratusan mahasiswa STISNU. Peserta tampak antusias dan khusyuk menyimak pemaparan narasumber. (Red: Kendi Setiawan)