Nasional

Belajar Agama dengan Riang Gembira

Kam, 3 Oktober 2019 | 15:30 WIB

Belajar Agama dengan Riang Gembira

Diskusi panel pada Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2019 di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Rabu (2/10) malam. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Pembelajaran agama di kalangan anak muda mengalami pergeseran. Mereka mempelajari ajaran agama tidak lagi dengan metode yang monoton, tetapi dengan cara yang lebih baru dan menyegarkan.
 
Hal itu diungkapkan oleh Najib Kailani, pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, saat mengisi diskusi panel pada Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2019 di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Rabu (2/10) malam.
 
Najib menjelaskan bahwa pembelajaran agama dengan menyenangkan lebih diminati oleh kalangan muda.
 
Selain itu, kawula muda juga mudah diajak dengan cerita-cerita pertaubatan seorang ustaznya yang memiliki jejak kelam di masa silam. Dengan begitu, katanya, mereka menjadi merasa terlahir kembali sebagai seorang Muslim.
 
Di abad 21 ini juga, masyarakat belajar agama Islam tidak lagi di ruang-ruang khusus seperti masjid, tapi juga di tempat-tempat yang lebih umum dan terbuka seperti kafe.
 
Hal serupa diungkapkan Irfan Amalee dari Peace Generation, Bandung. Ia menyampaikan bahwa orang yang tergolong generasi Z berprinsip yang penting senang.
 
Tak ayal, ia membuat pembelajaran agama melalui permainan (game) di gawai. Pasalnya, penyampaian satu arah tidak lagi efektif bagi penduduk asli dunia digital itu.
 
Lebih lanjut, dengan game, Irfan mengatakan pengguna lebih mudah menularkan atau mengajak rekan-rekannya untuk turut gabung bermain.
 
Di sisi lain, lanjutnya, game memberikan nuansa petualangan yang digemari oleh generasi kekinian. Ia mencontohkan seorang anak yang pergi ke Timur Tengah untuk ikut Islamic State of Irak and Syiria (ISIS), ditengarai hanya karena keinginannya berjalan-jalan di padang pasir, lalu menemui unta sembari memberinya makan.
 
"Yang mengatur itu need for adventure (kebutuhan berpetualang), bukan ideologi," kata pria lulusan Universitas Brandeis, Massachusetss, Amerika Serikat itu.
 
Hal demikian, imbuhnya, belum sempat dilakukan oleh organisasi masyarakat (ormas) Islam moderat besar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
 
Oleh karena itu, dalam menghadapi zaman yang sudah demikian ini, Komedian Tunggal Sakdiyah Makruf menekankan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan dan kewajiban kemanusiaan menjadi hal penting yang harus dipertahankan.
 
Sebab, manusia merupakan khalifah di bumi. Karenanya, kesadaran dan tanggung jawab menjadi hal inti.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin