Nasional

Beda Awal Ramadhan, Tak Masalah

NU Online  ·  Selasa, 24 Juni 2014 | 11:09 WIB

Kudus, NU Online
Perbedaan awal Ramadhan tak perlu menjadi masalah bagi umat Islam di Tanah Air. Pasalnya, perbedaan tersebut hanya disebabkan pemahaman yang tak sama. “Tak masalah, asalkan perbedaan itu jangan sampai membuat yang satu menyalahkan yang lainnya,” kata KH Ulin Nuha Al-Hafidh asal Jekulo, Kudus.
<>
Ia menyampaikan hal tersebut saat memberi mauidhah hasanah pada acara Khotmil Qur’an yang ke-25 Roudlotut Tarbiyatil Qur’an (RTQ) NU Al-Falah Kalilopo, Klumpit, Gebog, Kudus, Jawa Tengah, di halaman lembaga pendidikan setempat, Ahad malam (22/6).

Menurutnya, perbedaan penentuan awal Ramadhan yang terjadi di Indonesia hanyalah lantaran perbedaan mengenai pemaknaan atas istilah “rukyah”.

“Kita di sini semua memaknai istilah rukyah dengan melihat melalui indra mata, karena itu panampakan hilal adalah jawabannya. Nah, kita bisa mengira waktu munculnya hilal itu harus melalui hisab dulu, dihitung. Baru bisa menentukan kapan melihat kemungkinan hilal nampak. Namun teman-teman kita yang lain memaknai rukyah dengan ‘pendapat’. Jadinya mereka menentukan hanya dengan hisab saja,” terang KH Ulin Nuha yang juga pegawai Depag.

KH Ulin juga memaparkan bahwa Lailatul Qadar tidak selalu jatuh pada malam-malam bertanggal ganjil setelah tanggal 20 Ramadhan.

“Buktinya adalah Nuzulul Qur’an yang juga merupakan Lailatul Qadar. Al-Qur’an diturunkan pada malam Nuzulul Qur’an, sementara itu berarti tanggal 17. Artinya, saat itu Lailatul Qadar jatuh malah sebelum tanggal 20 Ramadhan,” papar Kiai Ulin.

Karena itulah, selama bulan Ramadhan kita perlu istiqamah dalam menjalankan ibadah, agar mendapati malam yang agung itu. Bukan malah ketika awal bulan begitu bersemangat hingga masjid terlalu penuh, namun saat-saat berikutnya semangat ibadah loyo dan akhirnya jama’ah di masjid tinggal beberapa orang.

“Malam Lailatul Qadar merupakan wujud kasih sayang Allah kepada kita, umat Muhammad yang rata-rata berusia pendek, agar nilai ibadah kita tak kalah dengan ibadahnya umat para nabi terdahulu yang usianya mencapai ratusan hingga ribuan tahun. Untuk mendapati malam Lailatul Qadar yang tak tentu datangnya itu, maka syaratnya adalah istiqamah sejak awal Ramadhan hingga akhir. Meskipun sedikit saja tapi harus kontinyu melaksanakan amalan,” KH. Ulin kepada hadirin. (Istahiyyah/Mahbib)