Nasional

Bangun Ekonomi Kerakyatan, Kiai Said Ingatkan Sejarah Nahdlatut Tujjar

Jum, 9 Oktober 2020 | 11:45 WIB

Bangun Ekonomi Kerakyatan, Kiai Said Ingatkan Sejarah Nahdlatut Tujjar

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online/Syakir)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan bahwa Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) sebagai salah satu sayap perekonomian NU harus dibangun, diarahkan, dan dipelihara dengan konsep yang benar-benar matang. 


Hal itu diutarakan dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-9 HPN bertema ‘Peran Serta Pengusaha Nahdliyin dalam Revitalisasi Ekonomi Nasional’, di Hotel Aryaduta Suites Semanggi, Jakarta Pusat, pada Jumat (9/10) pagi. Acara ini juga digelar secara virtual dan disiarkan langsung melalui Kanal Youtube 164 Channel.


Kemudian, Kiai Said mengingatkan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HPN soal perjuangan KH Wahab Chasbullah dalam proses mendirikan NU. Semula, Kiai Wahab telah menyampaikan keinginan untuk membentuk organisasi NU pada 1914. 


“Tapi ketika itu, KH Hasyim Asy’ari belum berkenan. Karena harus terlebih dulu dibangun dua hal yakni tata kelola organisasi dan pendanaannya. Jangan membentuk organisasi tanpa manajemen yang baik dan tanpa dana,” tutur Ketum PBNU asal Cirebon ini.


Dari situlah Kiai Wahab lantas membentuk sebuah kelompok kajian yang bernama Tashwirul Afkar (kebangkitan pergolakan pemikiran). Di forum ini dibahas soal cara atau formula berpikir bagi santri dalam menghadapi penjajah untuk menyongsong dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 


“Tashwirul Afkar ini menjadi cikal-bakal NU pada 1914,” jelas Kiai Said.


Selain itu, dibentuk pula sebuah forum atau lembaga yang fokus untuk membangun pendanaan organisasi. Forum itu dinamai Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar, yang diketuai oleh Haji Hasan Gipo. Di kemudian hari, Hasan Gipo ini menjadi Ketua Umum PBNU pertama.


“Jadi sekitar tahun 1915 berdiri Nahdlatut Tujjar. Haji Hasan Gipo ini berdomisili di Surabaya. Beliau pengusaha yang sukses memiliki 100 rumah atau toko yang disewakan,” tutur Kiai Said, menggambarkan kekayaan Hasan Gipo.


Artinya, lanjut Kiai Said, sudah jauh-jauh hari bahwa dalam gerak perjuangan NU diperlukan terlebih dulu tata kelola organisasi yang sehat dan dibarengi dengan pendanaan yang memadai. Tashwirul Afkar sebagai forum untuk merumuskan visi misi dan tujuan prinsip perjuangan NU, sedangkan Nahdlatut Tujjar didirikan sebagai lembaga pendanaannya.


“Dari semangat itu kita tahu bahwa perjuangan para kiai dan ulama yang mayoritas adalah petani yang tinggal di pedesaan, didorong oleh Kiai Wahab untuk menjadi pedagang atau pengusaha,” ungkap Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur Jakarta Selatan ini.


Lalu, Kiai Said menyadari bahwa tantangan ekonomi yang dihadapi NU saat ini sudah sangat berat jika dibandingkan dengan era Nahdlatut Tujjar baru lahir. Namun ia yakin HPN mampu membawa perekonomian Nahdliyin menjadi lebih baik dan maju.


“Saya yakin juga HPN mampu terus melakukan progres pergerakan menuju tujuan yang dicita-citakan oleh NU dengan membangun perekonomian kerakyatan yang bernafaskan Syariah. Mari kita perkuat HPN dengan dasar-dasar bagaimana caranya mengelola organisasi agar sukses di bidang ekonomi,” ucap Kiai Said, penuh yakin. 


Sementara itu, Ketua Umum DPP HPN Abdul Kholik mengungkapkan bahwa pihaknya telah merumuskan dan menjalankan beberapa strategi penting dalam kurun waktu satu tahun belakangan ini. Salah satunya mendorong arus baru ekonomi kerakyatan dengan menggelorakan koperasi berbasis syariah.


“Peringatan harlah tahun ini didedikasikan untuk mengajak para pengusaha Nahdliyin agar sesegera mungkin menggalang langkah bersama untuk mencegah (ekonomi) kita terpuruk,” katanya.


Ia kemudian mengutip data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus lalu. Disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kwartal II tahun ini, mengalami minus 5,23 persen. 


Sementara itu, lanjut Kholik, lapisan masyarakat dan pengusaha menengah bawah memiliki ketahanan ekonomi yang relatif rendah dan terdampak secara ekonomi akibat Covid-19. 


“Sedihnya di kelas menengah bawah ini dihuni oleh mayoritas warga Nahdliyin,” katanya Kholik. 


Pada kesempatan itu pula, HPN meluncurkan Koperasi Saudagar Nusantara Sinergi (Sanusi) yang bertujuan untuk memberikan akses terhadap permodalan pengusaha. Lebih lanjut, dijelaskan Kholik, HPN telah membangun platform marketplace yang ke depan dapat memfasilitasi transaksi antar umat. 


Selain itu, tambahnya, HPN juga telah menjalankan program pembentukan pengusaha langitan (berbasis digital) agar para pengusaha dapat berjalan di tol langit, sebagaimana yang telah disiapkan pemerintah.


Oleh karena itu, diluncurkanlah Indonesian Halal Start-Up Angel Network (IHSAN) yang telah disusun sejak Desember tahun lalu, bersama Pengusaha Muslim asal Amerika Tausif Malik. 


“Terima kasih kepada Dr Tausif Maluk yang hampir setahun telah membersamai HPN dalam menggalang potensi angel investor dari pengusaha muslim di seluruh dunia yang berminat untuk masuk ke industri halal di Indonesia,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad