Bangsa Indonesia di Tapal Batas Kepunahan (2)
NU Online · Sabtu, 21 Desember 2013 | 06:03 WIB
Jakarta, NU Online
Salah satu penyebab terancamnya kepunahan Bangsa Indonesia adalah karena sejak berdirinya di Nusantara, sekolah belum bisa membuat sebuah peradaban. Bahkan motif berdirinya sekolah sendiri adalah alat untuk memperkokoh penjajahan Belanda di nusantara.
<>
“Sudah 113 tahun sekolah berdiri di Nusantara, kita tanya hasilnya apa? Hasilnya banyak. Orang bergelar insinyur, doktor, sarjana hukum, sarjana agama. Tetapi apa karya lulusan sekolah itu untuk Bangsa Indonesia? Faktanya nggak ada,” ungkap Agus Sunyoto dalam kursus singkat Tasawuf di Pesantren Ats-Tsaqafah, Jakarta, Kamis (19/12).
Menurut Agus, pendapat bahwa jika tidak ada sekolah, bangsa ini tidak bisa maju, sebuah doktrin yang perlu diuji kebenarannya. Karena, jauh sebelum ada sekolah, masyarakat Nusantara sudah berhasil membuat peradaban. Mereka mampu membuat candi, kalender, aksara-aksara, seperti aksara Jawa, Sunda, Bali, Sriwijaya, Bugis.
Apakah lulusan matematika bisa bikin kalender? Nggak bisa. Itu fakta. Dari sini saja sudah kelihatan. Padahal Abad 6 orang Indonesia mampu menciptakan aksara sendiri. sedangkan lulusan sekolah bisa tidak bikin aksara sendiri? Aksara anak sekolah itu aksara Belanda itu, ABCD, tambahnya.
Zaman kerajaan Kalingga yang hidup sezaman dengan Sahabat Usman Bin Affan pada tahun 648, mampu membuat hukum pidana dan perdata sekalipun hanya 174 pasal yang bernama Kalingga Dharma Sastra, kata Agus.
Lebih lanjut Agus Sunyoto menyatakan bahwa faktor produktivitas masyarakat Nusantara itu terletak pada aspek spiritual yang tercermin dalam ajaran Tantrayana dan Kapitayan. Penganut ajaran Tentrayana dan Kapitayan ini selanjutnya ditaklukkan Wali Songo dengan dunia spiritual.
Wali Songo mampu membuat peradaban baru di bidang politik, seni, budaya, sosial. Wali Songo terutama sekali berhasil menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Di akhir orasi, Agus Sunyoto memberikan sebuah kesimpulan bahwa aspek spiritual ini sangat penting dalam membuat sebuah peradaban. Sementara lembaga yang mengembangkan spiritual adalah pesantren.
Terbukti dalam perjalanannya yang sangat panjang, pesantren mampu memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Pesantren berbeda dengan dengan sekolah yang tidak memercayai hal-hal gaib karena sekolah mengikuti paham positivisme Agus Comte yang menghendaki agar pengetahuan itu bisa dibuktikan dengan data dan fakta. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)
Terpopuler
1
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua