Nasional

Bagaimana Para Pengungsi Memenuhi Kebutuhan Suami Istri?

NU Online  ·  Rabu, 24 Oktober 2018 | 00:30 WIB

Bagaimana Para Pengungsi Memenuhi Kebutuhan Suami Istri?

Tenda pengungsian warga terdampak gempa Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Palu, NU Online
Bencana gempa bumi, likuifaksi dan tsunami Sulawesi Tengah menyebabkan warga yang masih hidup harus tinggal di pengungsian. Keadaan darurat, seperti satu tenda berisi belasan hingga puluhan orang, menyebabkan mereka sulit mengakses beberapa kebutuhan pribadi, termasuk hubungan suami istri bagi orang dewasa yang memiliki pasangan.

 

Lalu seperti apa mereka memenuhi hasrat manusiawi dan kebutuhan penting tersebut?

 

Tati (50 tahun) warga Layana, Kota Palu menceritakan dirinya sebenarnya memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan hubungan tersebut.

 

"Tapi mau bagaimana kalau keadaan begini?" kata pria nelayan itu.

 

Ia pun mengaku tersemangati jika datang relawan yang dengan keramahan dan ketulusan mereka membantu warga pengungsi seperti dirinya. 


Baca: Sepotong Rembulan di Langit Palu

 

Suhupi, pria 50 tahun, warga Petobo, Kota Palu, menceritakan beberapa warga bisa kembali ke
rumah mereka yang sudah retak tetapi masih memiliki ruang yang bisa dimanfaatkan dan melakukan hubungan suami istri di sana.

 

"Mungkin mereka melakukannya di sana," kata Suhupi.

 

Namun, ia juga mengatakan warga kebanyakan kembali ke rumah untuk beres-beres serta mengambil barang-barang dan dokumen yang bisa diselamatkan.

 

Adnan, pria lainnya justru mengatakan dirinya belum terlalu ingin melakukan hubungan suami istri, bukan karena tidak memiliki keinginan. Rasa trauma dan takut akan peristiwa gempa dan tsunami membuatnya tidak sempat memikirkan keinginan itu.

 

Beberapa lembaga sosial yang melakukan penanganan bagi warga terdampak bencana merekomendasikan pendirian tenda khusus untuk pasangan suami istri.

 

Tenda tersebut ada yang dinamai ‘Bilik Mesra', 'Bilik Cinta' dan beberapa nama lainnya. Warga yang menginginkan segera melakukan kebutuhan suami istri bisa menggunakan tenda ini secara bergantian.

 

Tetapi, bisa jadi warga malu atau segan menggunakan tenda ini. Sehingga, di beberapa titik, berdasarkan laporan relawan di lapangan, tenda ini terlihat jarang didekati warga.

 

M Ali Yusuf dari NU Peduli mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan menyediakan ruang privasi yang lebih nyaman, NU Peduli menggagas pendirian hunian sementara atau huntara. Adanya huntara di mana satu huntara untuk satu keluarga, lebih memungkinkan memenuhi kebutuhan dasar warga termasuk hubungan suami istri. (Kendi Setiawan)