Nasional

Alissa Wahid Sebut Santri Punya Kekuatan Seperti Efek Kupu-Kupu

Sab, 3 April 2021 | 07:30 WIB

Alissa Wahid Sebut Santri Punya Kekuatan Seperti Efek Kupu-Kupu

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid. (Foto: Istimewa)

Sleman, NU Online
Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Indonesia, Alissa Wahid menyebut bahwa santri lulusan pesantren memiliki kekuatan besar dan mampu menjadi penggerak masyarakat melalui hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ia menganalogikan kekuatan para santri seperti fenomena Butterfly Effects (efek kupu-kupu) yakni sebuah istilah yang mewakili sebuah keputusan kecil yang tampaknya tidak berarti namun dapat mengubah laku sejarah.


“Ada teori, namanya efek kupu-kupu. Kupu-kupu yang ada di hutan Amazon, Brasil, yang kalau ada di peta Amerika posisinya di bawah sekali, itu bisa menyebabkan badai di kota New York, yang posisinya di atas sekali. Mengapa? Karena kepak kupu-kupu di Brasil itu akan mengubah temperatur iklim, dan temperatur iklim ini mengubah hembus udara dan seterusnya dan seterusnya sampai pada akhirnya terjadi badai di New York,” Jelas Putri Sulung KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.


Atas dasar teori efek kupu-kupu tersebut, perempuan bernama lengkap Alissa Qotrunnada Munawaroh ini, memberikan analogi bagaimana kiprah santri lulusan pesantren dalam kehidupan bangsa dan negara.


“Sama. Santri-santri dari Mlangi akan bisa melakukan apa yang bisa dilakukan di ruangnya masing-masing, entah itu di pekerjaannya, entah itu di komunitasnya, di kampungnya, di kotanya, lalu perubahan-perubahan itu akan ikut mewarnai kehidupan bangsa dan kehidupan negara kita,” tutur Mbak Alisa, sapaan akrabnya, saat mengisi seminar  virtual yang  diselenggarakan  Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi, Sleman, Yogyakarta, Kamis (1/4) pagi.


Selain itu, menurutnya, santri-santri lulusan pesantren agar selalu berpijak pada nilai-nilai Ahulssunnah wal jamaah an nahdliyyah dalam mengawal misi Islam dan dapat menjadi penggerak masyarakat dalam membumikan nilai-nilai tersebut.


“Tentu sebagai Nahdliyyin, maka yang menjadi pijakan kita adalah nilai keaswajaan atau nilai-nilai Ahlussunnah wal jamaah. Nilai-nilai Aswaja itu akan tentu selalu kembali pada misi Islam, yaitu kerahmatan semesta dan kemuliaan akhlak manusia,” kata Sekretaris Pimpinan Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) ini.


Ia pun mengutip salah satu Firman Allah yang menyampaikan secara tegas kepada Rasulullah bahwa tugas yang utama bagi Rasulullah adalah menjadi rahmat bagi semesta alam.“Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin,” ucap Alissa.


“Misi ini ketika diturunkan untuk membangun kemaslahatan rahmatan lil alamin (anugerah semesta), ini ternyata ada ruang-ruang dari kecil sampai besar,” lanjutnya.


Kerahmatan semesta atau Islam menurutnya, sebagai berkah, sebagai anugerah bagi alam semesta, didahului dengan bagaimana sebagai manusia mampu menjadi manusia yang tidak hanya salih dan salihah tetapi muslih dan muslihah. Yakni tidak hanya menjadi orang baik melainkan menjadi orang yang membawa kebaikan.


“Orang-orang yang membawa kebaikan ini, ditentukan di dalam keluarga dan lingkungan pendidikannya. Dan saya meyakini bahwa lingkungan pendidikan para santri kita di Assalafiyyah Mlangi tentu saja adalah lingkungan yang terbaik, yang memperkuat sendi-sendi, memperkuat bekal-bekal, fondasi-fondasi, sehingga para santrinya menjadi santri-santri yang muslih dan muslihah,” tegasnya.


Dari santri inilah menurutnya kemudian akan mewujudkan khaira ummah atau masyarakat yang terbaik yang ikut menyumbang pada terwujudnya negara yang adil makmur sentosa atau sering disebut dengan negara baldah tayyibah.


“Baru di situlah kita betul-betul bisa merasakan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta” pungkasnya.


Kontributor: Muhammad 'Ainun Na'iim
Editor: Muhammad Faizin