Nasional

Alissa Wahid Sebut Pentingnya 3 Dimensi Pencegahan Covid-19

Sen, 1 Juni 2020 | 07:00 WIB

Alissa Wahid Sebut Pentingnya 3 Dimensi Pencegahan Covid-19

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid. (Foto: NU Online/Suwitno)

Cirebon, NU Online
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Aliisa Wahid menyebutkan pentingnya penerapan tiga dimensi dalam pengelolaan pencegahan Covid-19.
 
Ketiga dimensi tersebut adalah keteguhan masyarakat dalam mengikuti kebijakan pemerintah, kebijakan publik yang tegas, dan pendekatan kepada tokoh agama dalam mengajak masyarakat mengikuti anjuran pemerintah memutus mata rantai penularan pandemi. 
 
 
Berbicara pada silaturahim dan halal bi halal Jaringan Gusdurian Sedunia secara daring, Sabtu (30/5), Alissa menegaskan saling bahu membahu dan kompak dari semua lini perlu terus dilakukan demi segera berakhirnya wabah Covid-19.
 
Menurut Alissa tokoh agama mempunyai peran penting dalam meluruskan dan mengedukasi para jamaah dalam menyikapi kondisi di tengah pandemi. "Terutama sikap dalam beribadah yang tidak bisa dilakukan seperti biasanya dan harus beribadah dari rumah," ujarnya.   
 
Dimensi kedua penting peran tokoh agama ikut membantu mengelola umat supaya tetap tekun beribadah dan mengikuti setiap anjuran pemerintah mengikuti pratokol kesehatan.
 
"Umat yang memiliki keiman tebal akan mudah pengarahannya dan pasti ikut berkontribusi mengikuti setiap kebijakan," ungkapnya.
 
Selain itu, pihaknya menjelaskan terkait pemberlakukan new normal yang dilakukan pemerintah sikap pondok pesantren masih mengkaji, baik penerapan protokol kebersihan pondok masing-masing maupun edukasi kepada santri.
 
Peran orang tua terhadap anaknya untuk kembali ke pondok  juga harus dipikirkan oleh orang tua, karena situasi belum aman meski pemerintah sudah melonggarkan. 
 
"Kalau kembali ke pesantren meskipun sudah dibuka, muncul problem baru bagimana orang tua menyikapai dan mengambil keputusan. Kemudian prinsip apa yang paling penting untuk kita memutuskan anak kembali ke pesantren, pastinya saat kita mengetahui penerapan protokol kesehatan di pesantren," kata dia.
 
Akan tetapi, lanjut Alissa, berbeda sikap santri tawadlu dengan kiai, pasti orang tua santri mengizinkan dengan memastikan kebersihan dan menaati semua anjuran.
 
Sementara, Marzuki Wahid, Pengurus Pusat Lakpesdam PBNU dalam acara tersebut mengatakan selain menjadi dilematik juga turut senang dengan semangat para pengasuh pesantren dan sekolah pendidikan lainya untuk memulai proses pembelajaran dan mengaji pasti dengan berbagai syarat berlaku. Kebijakan bersama juga harus dipimpin satu komando yakni pemerintah dengan kepemimpinan yang akurat dan kuat.
 
"Mengenai pesantren dibuka, siapakah yang tahu kita sekarang aman atau, tidak kemudian bagaimana bersikap semua yang tahu yang pakar ahli. Tetapi kalau para ahli berbeda pendapat akan membingungkan masyarakat. Maka harus ada titik temu diwujudkan dengan kebenaran objektif dan kompromi yang benar bersama-sama," ujarnya.  
 
Acara halal bi halal yang bertema Silaturahmi disaat pandemi tetap bermaaaf-maafan walau tak bersalaman diikuti oleh semua jaringan Gusdurian yang tersebar di Indonesia bahkan diikuiti juga jaringan Gusdurian mancanegara. Tokoh pada acara tersebut juga membahas tema menarik lainya dan penggalangan dana yang bisa disalurkan kepada Jaringan Gusdurian terdekat.
 
Kontributor: Mochamad Ronji
Editor: Kendi Setiawan