Nasional

Agendakan Konferensi Kemanusiaan, Kedubes Australia Minta Petunjuk PBNU

NU Online  ·  Rabu, 21 September 2016 | 08:14 WIB

Jakarta, NU Online
Problem pelik kemanusiaan terkait dengan perdagangan manusia (human trafficking) menjadi perhatian dunia internasional selama ini, termasuk Kedutaan Besar (Kedubes) Asutralia dan lembaga kemanusiaan Global Freedom Network (GFN). Mereka berencana mengadakan pertemuan internasional terkait hal itu dengan menggunakan pendekatan agama (religious approach).

Agar terlaksana dengan baik, CEO GFN Chris Evans dan First Secretary (Development Cooperation) Kedubes Australia Murray O’Hanlon meminta petunjuk Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Mereka menyambangi Kantor PBNU Jalan Kramat Raya Jakarta, Rabu (21/9) dan diterima langsung oleh Wakil Ketua Umum PBNU HM. Maksoem Mahfoedz dan Bendahara PBNU H Bina Suhendra.

Maksoem Mahfoedz menyambut baik tujuan kedatangan Evans dan O’Hanlon yang didamping seorang asisten. Karena bidang kemanusiaan selama ini menjadi fokus NU sebagaimana konsep memberikan hak hidup manusia (hifdzun nas) yang selama ini dipegang teguh NU. 

“Organisasi sosial keagamaan seperti NU terus memberikan dorongan kepada seluruh lembaga, Banom, Nahdliyin agar ikut aktif menangani problem kemanusiaan global termasuk human trafficking dengan berbagai pendekatan termasuk pendekatan agama,” terang Maksoem.

Menurut Chris Evans, selama ini pendekatan agama dinilai efektif untuk mencegah dan mengurangi kejahatan kemanusiaan seperti perdagangan manusia. Sebab itu, pihaknya meminta bantuan kepada PBNU untuk merekomendasikan beberapa tokoh di Indonesia untuk menjadi pembicara di forum kemanusiaan internasional itu.

“Kami akan merencanakan kegiatan ini pada 30 November 2016,” ujar Evans yang cukup fasih berbahasa Indonesia ini.

Tentunya, kata Evans, pihaknya tidak mau melangkahi gerakan GFN dengan tidak meminta petunjuk kepada NU, karena selama ini, NU-lah yang selama ini aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. “Kami akan mengundang pemimpin berbagai agama di Indonesia sehingga pendekatannya komprehensif untuk mencegah bencana kemanusiaan berupa human tarfficking yang turut menciptakan perbudakan modern,” jelasnya.

Senada dengan Evans, Murray O’Hanlon yang memberikan advokasi kepada GFN menerangkan bahwa perdagangan manusia dari tahun ke tahun harus menjadi perhatian dan kewaspadaan warga dunia. Saat ini pihaknya mengambil langkah dengan pendekatan keagamaan karena pendekatan ini secara moral dapat memberi mencegah kejahatan kemanusiaan.

“Apalagi NU merupakan organisasi yang mampu dan sukses menyelaraskan agama dan demokrasi selama ini,” ujar O’Hanlon. (Fathoni)