Nasional

Agama sebagai Modal Besar Hadapi Covid-19

Ahad, 3 Mei 2020 | 23:15 WIB

Jakarta, NU Online
Pandemi Covid-19 sudah berdampak besar di seluruh sendi kehidupan dunia. Di sini, agama harus mampu memberikan arah kepada masyarakat menyikapi pandemi ini. 

Menteri Agama 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan bahwa masyarakat tentu telah memiliki modal yang cukup untuk menghadapi hal tersebut. Tidak hanya sejarah mengingat pandemi seperti ini bukan sebuah hal baru.

"Tapi juga modal sangat besar ajaran agama agar nilai-nilai kemanusiaan tidak tergerus dengan adanya pandemi kali ini," ujar Lukman  saat menghadiri Webinar peringatan 1080 Tahun Al-Azhar yang digelar oleh Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar di Indonesia, Sabtu (2/5).

Karenanya, Lukman memberi catatan bahwa tujuan penetapan syariah (maqashid syariah), menurutnya, bisa lebih dikedepankan atau diketengahkan menjadi wacana publik.

"Maqasid syariah harus diketengahkan sehingga fiqih tidak hanya dilihat secara formal semata, tapi juga masyarakat mengetahui filosofi penetapan hukum Islam kita," katanya.

Namun, wacana berislam itu tidak cukup dengan hanya didominasi oleh fiqih semata. Tapi juga ada keseimbangan antara fiqih dan tasawuf.

Lukman menyebut dua keilmuan besar dalam tradisi keilmuan Islam itu sangat diperlukan sehingga apa yang selama ini dibawakan Al-Azhar, yakni Islam wasathiyah atau moderasi berislam itu senantiasa bisa terjaga dengan adanya keseimbangan antara fiqih dan tasawuf.

Terakhir, Islam wasathiyah ini tidak hanya menjadi sikap, tetapi juga bisa diamalkan dalam kehidupan keseharian ini. "Islam hadir untuk seluruh manusia dan berorientasi kepada kemanusiaan," katanya.

Karenanya, dalam konteks pandemi ini, keselamatan jiwa sebagai bagian dari maqashid syariah menjadi prioritas utama yang harus dipahami oleh semua umat Islam tapi juga masyarakat secara umum sehingga peradaban kita lebih baik.

Usulan Lukman ini bukan tanpa sebab. Saat ini, ia melihat gairah keagamaan masyarakat Indonesia sangat luar biasa besarnya. Namun, hal ini masih belum diimbangi dengan pengetahuan yang mencukupi sehingga justru kontraproduktif. "Di sinilah peran alumni Azhar dituntut lebih besar lagi kiprahnya menyikapi persoalan ini," ujarnya.

Karenanya, ia sangat berharap Al-Azhar dan para alumninya di Indonesia dapat mewujudkan hal tersebut demi kemaslahatan bersama.

Sementara itu, Ketua OIAAI TGB Zainul Majdi menyampaikan bahwa Al-Azhar merupakan sumber pengetahuan yang memberikan pemahaman Islam dan menyebarkan kedamaian. "Al-Azhar benteng kokoh bagi agama," ujarnya.

Hadir pula Prof Quraish Shihab dan Abdurrahman M Fachir sebagai Mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir, serta Duta Besar Mesir untuk Indonesia HE Amb Ashraf Sultan.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi 
Â