Nasional

“Unggah-unggahan” Sambut Ramadhan

NU Online  ·  Kamis, 19 Juli 2012 | 22:53 WIB

Malam itu, Rabu (19/7), warga Nahdliyin di Desa Timbangreja Kecamatan Lebasiu Kabupaten Tegal menunggu awal datangnya bulan Ramadhan dari hasil sidang Itsbat dari pemerintah melalui Kementrian  Agama. Ada tradisi yang sudah disiapkan oleh warga sambut jelang Ramadhan, unggah-unggahan.<>

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia unggah-unggahan artinya kenaikan. Bentuk dari tradisi ini adalah warga desa yang mayoritas warga Nahdliyin memberikan sedekah dengan mengadakan selamatan kirim doa. Mereka membawa makanan seadanya dan menurut kemampuan setiap warga. 

Makanan yang disediakan oleh warga ada dua macam yaitu makanan yang akan di bagikan dan makanan yang akan di makan bersama-sama setelah selamatan. Sebelum makan dibagi atau dimakan bersama  tersebut dikumpulkan dimusholla atau Masjid terdekat, dan semua warga berkumpul . 

Salah satu warga, Ustadz Mahmuludin (37) menuturkan, unggah-unggahan merupakan tradisi yang dilakukan oleh setiap warga dua hari jelang Ramadhan dan tidak dilakukan bulan-bulan lain seolah-olah menjadi amalan wajib sambut datangnya bulan Ramadhan.

“Saya pernah diceritai oleh kiai Rahmat (Alm.) yang merupakan kiai sepuh zaman dulu yang juga merupakan penggiat NU, bahwa tardisi unggah-unggahan diharapakan kualitas hidup kita mengalami kenaikan, dan bulan ramadhan itu merupakan sarana untuk  menaikan kualitas hidup, diantaranya kualitas hidup bermasyarakat dan meningkatkan iman,” jelas Mahmul .

Kiai Rahmat juga menafsirkan, lanjut Mahmul, tentang makan bersama setelah selamatan , merupakan kebersamaan karena tidak masuk akal kalau sudah kumpul bersama kemudian makan bersama dalam satu nampan secara bersama-sama kemudian menjadikan  saling membenci, yang ada adalah rasa bungah (senang) . 

Mahmul , yang ditemui Rabu (18/7) malam setelah mengikuti taradisi unggah-unggahan juga menggangap bahwa tradisi semacam itu tidak buruk dan patut dilaksanakan karena tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. “Justru disinilah simbol kerukukan umat akan terpelihara dengan baik," tururnya.

Selian Mahmuludin, salah satu tokoh terkemuka Ustadz Khambali menambahkan , unggah-unggahan merupakan bentuk silaturahmi antar umat manusia yang disebut dengan hablum minanas dan unsure lain dari unggah-unggahan terdapat juga hablum minallah dengan berkirim doa dan memuja Gusti Allah. 

“Unggah-unggahan dalam doa tersebut merupakan bentuk berterima kasih kepada orang-orang terdahulu yang telah membawa Islam sehingga sampai kepada umat yang ada sekarang ini," katanya 

Pada zaman dulu, lanjut Ustadz Khambali, makanan yang disajikan dlam unggaha-unggahan adalah jenis kue apem yang kalau istilahkan dengan menggunakan bahsa Arab itu Afuwun artinya minta maaf dan saling memaafkan, jadi isi dari unggah-unggahan tersebut adalah serentetan kegiatan untuk menyambut bulan suci agar jiwa kita juga bersih atau suci . 

“Jadi diawali dengan batin yang suci dan diakhir ramadhan  kita juga akan menjumpai hari raya idul fitri dengan fitrah yang suci, dengan demikian akan semakin kualitas hidup kita," tutur Rois Syuriah PR. NU Desa Timbangreja .  



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Abdul Muiz