Nasional

4 Kunci Sukses Santri menurut Mustasyar PBNU Nyai Hj Machfudloh

Sen, 13 Maret 2023 | 10:14 WIB

4 Kunci Sukses Santri menurut Mustasyar PBNU Nyai Hj Machfudloh

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nyai Hj Machfudloh Aly Ubaid. (Foto: Tambakberas TV)

Jombang, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nyai Hj Machfudloh Aly Ubaid mengemukakan bahwa banyak santri yang saat ini sukses di berbagai bidang. Mulai dari jadi pengusaha, kiai, ulama, hingga pemimpin bangsa. Menurutnya, hal itu tidak lepas dari berkah belajar di pondok pesantren dan berkhidmah kepada para gurunya.


Ia mencontohkan alumni Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur yang kini banyak mengisi pos-pos penting di negeri ini. Tak sedikit pula mereka yang menjadi tokoh masyarakat di daerah asalnya.


Pengasuh Ribath Al-Lathifiyyah Satu Bahrul Ulum Tambakberas ini kemudian memberikan kunci sukses santri di masa mendatang. Pertama, ungkapnya, santri harus memiliki jiwa ikhlas yang tinggi. Ikhlas menurutnya sangat penting menjadi perangai santri. Karena dengan ikhlas, santri kelak diposisikan di manapun akan menerima dengan sepenuh hati.


“Tanamkan segala sesuatu yang santri lakukan itu dengan hati yang ikhlas dan penuh kasih sayang,” kata Nyai Machfudloh kepada para santri Tambakberas, Kamis (9/3/2023).


Ikhlas memang tidak mudah, tapi bisa dilatih. Misalnya, santri harus bisa menjalani tugas-tugas yang diberikan para gurunya dengan hati yang senang dan tanpa merasa terpaksa atau karena dipaksa. “Jalankanlah dengan senang hati,” pinta Nyai Machfudloh.


Kedua, kunci yang perlu dipegang santri adalah melatih betul untuk tidak meninggalkan shalat berjamaah sekaligus istikamah melakukan amalan-amalan sunnah. Demikian ini juga diterapkan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas kepada santri-santrinya.


Di antara amalan sunnah yang harus terus dilakukan santri adalah membaca shalawat. Karena shalawat memiliki banyak faedah, salah satunya dapat menjaga santri dari perbuatan-perbuatan tercela. “Jangan lupa shalawat, karena shalawat adalah pengerem hati, mengerem akhlak, otak, hati dan lisan kita,” terang Nyai Machfudloh.


Ketiga, santri harus taat kepada pengasuh dan aturan-aturan pondok pesantren. Menurut salah satu putri pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah ini, tidak ada pondok pesantren yang tidak ingin santri-santrinya menjadi saleh, disiplin, dan hebat. Karena itu, pesantren membuat peraturan-peraturan yang tujuannya semata hanya untuk kemaslahatan santri.


“(Santri) tidak lepas melakukan sesuatu yang memang diperintahkan pengasuh. Dan anak-anak yang mondok adalah fi sabilillah (ada di jalan Allah) dalam mencari ilmu,” jelas Nyai Machfudloh.


Kunci keempat adalah tidak memutus tali silaturahim dengan guru-gurunya di pesantren, terlebih kepada pengasuh pesantren. Meskipun santri sudah harus kembali ke kampung halaman, atau bahkan sudah menjadi orang penting. “Jalin silaturahim, apa pun jabatannya!” pesan Nyai Machfudloh.


Kalaupun nanti tidak bisa berkunjung ke pondok pesantren karena sudah mempunyai aktivitas yang padat, sambungnya, santri harus tetap menjalin silaturahim dengan istikamah mengirimkan surat Al-Fatihah kepada para gurunya. Dengan begitu, rahmat dan pertolongan Allah swt akan selalu dekat dengan santri.


“Mudah-mudahan santri semua di manapun berada nantinya akan mendapatkan balasan kemudahan dan limpahan rahmat dari Allah,” tuturnya.


Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Muhammad Faizin