Nasional RISALAH REDAKSI

10 Tahun NU Online

Ahad, 24 Maret 2013 | 23:23 WIB

Kebudayaan adalah ‘makhluk’ besar setelah manusia. Ia melekat pada diri manusia, berupa ‘bentuk’ dan ‘isi’ sekaligus. Kebudayaanlah yang menilai seorang anak manusia dinilai indah atau buruk, dinilai berbudaya atau tidak berbudaya. 
<>
Dan bukan mungkin, kebudayaan merupakan ‘wahyu’ terbesar karena diberikan kepada semua jenis manusia, bukan hanya kepada para rasul dan nabi.

Sampai di sini, mari kita meloncat, menelusuri Nahdlatul Ulama dan menjelajahi pesantren. Dan mari kita meloncat juga pada kesimpulan-kesimpulan tentang pesantren dan kebudayaan yang menggerakkan dan mengitarinya. 

Paling tidak, ada tiga planggeran yang dijadikan pijakan kebudayaan pesantren: nilai-nilai keagamaan atau ketuhanan, penghargaan pada tradisi atau masa lalu, dan keterbukaan kepada yang baru. Dan dengan kesadaran penuh, ketiga hal itu membuat pesantren meniscayakan kebhinekaan anak cucu Adam dan segenap kebudayaannya dan keyakinannya. 

Tiga planggeran tersebut mengejewantah dalam praktik, sikap, dan tindakan keagamaan, mewujud dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi visi dan cita-cita untuk melindungi, melangsungkan, mengembangkan peradaban manusia.

Tiga planggeran itulah yang menjadi sandaran almagfurlah KH Ahmad Shiddiq dalam menyusun ‘Khittah Nahdlatul Ulama’ atau akrab dengan sebutan ‘Khittah Nahdliyah’. Sebelumnya telah tercantum, lebih dahulu dalam Qonun Asasi oleh Hadrotusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari (1926) serta risalah Mabadi Khorio Ummah yang dihasilkan muktamar NU di Magelang 1939.

Secuil catatan di atas menjadi latar belakang NU Online media resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama untuk melakukan ikhtiar-ikhtiar kebudayaan yang sudah dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir ini.

Rangkaian sepuluh tahun NU Online (2003-2013) dibagi dalam empat sesi, yang diadakan selama empat bulan berturut-turut, Maret, April, Mei, dan Juni. 

Sesi pertama mengetengahkan gerak kebudayaan yang berlangsung di pesantren dan komunitas-komunitas NU. Sejak awal bulan ini, kami mengabarkan gerak-gerak kesenian dan kebudayaan yang ada di pelbagai daerah, di Subang ada genjring, di Solo kelompok shalawat, di Jepara kelompok ketoprak, ada pergerakan pemikiran, hingga humor beraroma kebudayaan muncul di bulan ini. 

Sesi pertama ini akan ditutup dengn pidato kebudayaan dan Asrul Sani Award yang akan digelar di PBNU, Kamis malam, 28 Maret 2013.

Sesi kedua atau bulan April, NU Online mengusung tema teknologi. Ada peluncuran karya-karya teknologi modern dari NU Online ataupun dari komunitas NU yang tak terikat secara struktural dengan NU, tapi mereka adalah jama'ah setia NU yang memiliki intensitas dengan teknologi. 

Sesi ketiga atau bulan Mei, menggerakkan literasi pesantren. Pada sesi ini ada pameran kitab-kitab pesantren berbahasa daerah, seminar-seminar, dan festival-festival kepenulisan bertema pesantren. 

Sesi keempat ikhtitam. Dalam sesi ini, kami memiliki azam menampilkan Rais Aam PBNU KH. A. Sahal Mahfudz untuk memperikan taushiyah dan doa. 

Dari semua itu, NU Online hanya berharap satu hal saja, yakni ada yang baru dalam melanjutkan hubungan berjama’ah dan menggerakkan jam’iyah: Nahdlatul Ulama.