Lingkungan PROFIL DAI GAMBUT

Ustadz Ansori Sosialisasikan Ekosistem Gambut dari Rumah ke Rumah

Sel, 5 Mei 2020 | 04:00 WIB

Ustadz Ansori Sosialisasikan Ekosistem Gambut dari Rumah ke Rumah

Ustadz Ansori bergabung dengan Dai Peduli Gambut (DPG) Badan Restorasi Gambut (BRG) tahun 2019. Namun, ia sudah aktif berdakwah sejak tahun 2015. (Foto: dok Istimewa)

Jakarta, NU Online
Menjadi seorang dai gambut memang tidak mudah. Sebab, dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menghadapi berbagai karakter masyarakat. Apalagi masyarakat yang berada di perkampungan. Karena itu, diperlukan berbagai pendekatan agar masyarakat menyadari pentingnya ilmu tentang ekosistem gambut dalam perspektif Islam.
 
Hal itulah yang kini dialami Ustadz Ansori (40 tahun). Ustadz Ansori adalah seorang dai gambut yang tinggal di Dusun Suka Mulya Desa Beram Itam Kanan, Kecamatan Bram Itam, Provinsi Jambi. Untuk memaksimalkan perannya sebagai  pengayom masyarakat, Ustadz Ansori rela berkeliling dari rumah ke rumah agar masyarakat di desanya mendapatkan pengajaran ilmu agama dan ilmu ekosistem gambut.
 
Semua kegiatan dijalani Ustadz Ansori dengan riang gembira, tanpa ada sedikit pun keluh kesah. Selain di rumah, pengajian juga dilakukan ayah satu anak ini di masjid, mushala, dan balai desa.
 
"Sebelum ada pandemi Covid-19 semua jadwal pengajian terlaksana dengan baik di masjid, mushala, balai desa dan dari rumah ke rumah warga secara bergantian," kata alumnus STAIN Al-Anwar Jambi ini kepada NU Online.
 
Dalam sepekan, Ustadz Ansori memiliki lima hari jadwal pengajian. Ia baru bergabung dengan Dai Peduli Gambut (DPG) Badan Restorasi Gambut (BRG) tahun 2019. Namun pria yang lahir di Beram Itam Kanan, 5 Desember 1980 ini sudah aktif berdakwah sejak tahun 2015. Pengalaman menimba ilmu di Pesantren Abhsah Jambi menjadi modal utama dalam menguraikan persoalan-persoalan agama di masyarakat. 
 
Kemudian, pengetahuan terkait ekosistem gambut didapatkannya dari pelatihan Dai Gambut yang diadakan BRG tahun 2019 lalu di Pekanbaru, Riau. Bersama pendakwah lain, Ustadz Ansori diberikan pengetahuan baru bagaimana mengelola lahan gambut yang baik dan benar. Apa saja hal-hal yang tak boleh dilakukan masyarakat saat mengelola lahan gambut. Lalu, apa manfaatnya dan bagaimana dampak buruknya jika dikelola dengan serampangan. 

"Dari situ setiap pengajian kami selipkan topik-topik lingkungan ke masyarakat, terutama larangan membuka lahan dengan cara dibakar," ujarnya menambahkan. 
 
Meski baru satu tahun berjalan, Ustadz Ansori merasa terdapat perubahan di masyarakat mengenai sikap mereka kepada lingkungan. Masyarakat, kata dia mulai mencintai lahan gambut. Hal itu bisa dibuktikan dari banyaknya warga yang kembali mengelola lahan gambut dan menanaminya dengan tanaman holtikultura dan buah-buahan. 
 
"Alhamdulillah masyarakat mulai memahami, mulai ada yang menanam sayuran, pepohonan dan buah-buahan," katanya. 
 
Ustadz Ansori menjelaskan, jika dikelola dengan maksimal lahan gambut bisa menjadi berkah tersendiri bagi umat Islam di Jambi. Menurutnya, setidaknya masyarakat bisa memetik hasil panen dari lahan gambut yang dijualnya ke pasar. Itu contoh paling kongkrit saat masyarakat mau ikut serta mengelola lahan gambut.
 
Dengan mengelola lahan gambut menjadi lahan produktif, lanjut Ustadz Ansori, secara tidak langsung masyarakat telah memulihkan ekosistem gambut.
 
Dalam pengakuannya, dorongan yang muncul saat dirinya mau menjadi dai gambut adalah menyadaran masyarakat sebagai umat yang beragama untuk lebih mencintai lingkungan.
 
Islam, kata dia, sudah banyak mengurai terkait kewajiban menjaga lingkungan. Karena itu sebagai umat muslim wajib hukumnya menjaga kelestarian lingkungan tersebut. 
 
"Harapan kami, mari bersama-sama menghimbau dan menyadarkan maysarakat agar menjaga gambut. Sampaikan bahwa gambut memiliki manfaat yang luar biasa untuk umat manusia," tuturnya.
 
Selain itu ke depan dirinya ingin semua pihak ikut terlibat memulihkan ekosistem gambut. "Termasuk ada pihak yang mengawasi sehingga semua berjalan dengan baik," pungkasnya.
 
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan