Ketua PBNU: Orang Baik adalah Mereka yang Bisa Menahan Marah
NU Online · Kamis, 3 Juli 2025 | 08:00 WIB
Bandarlampung, NU Online Lampung
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Moh Mukri mengatakan bahwa dalam kehidupan yang penuh dinamika ini, kita dihadapkan pada beragam karakter, latar belakang, dan pola pikir. Maka menurutnya, mampu menahan amarah atau dalam Al-Qur’an disebut sebagai Kadiminal ghaid menjadi sebuah keharusan.
Ia pun mengutip QS. Ali 'Imran ayat 134 yang artinya "Orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
“Ayat ini menggarisbawahi tiga pilar penting dalam hubungan sosial: kemurahan hati, pengendalian emosi, dan kemampuan memaafkan. Ketiganya menjadi syarat seseorang untuk dicintai Allah dan menjadi pelaku kebaikan sejati dalam masyarakat,” ungkapnya kepada NU Online, Rabu (2/7/2025).
Dalam tradisi Jawa, menahan amarah ini dikenal dengan istilah ngempet, yaitu kemampuan menahan diri dari meledaknya emosi yang bisa merusak. Seseorang yang mampu ngempet menunjukkan kematangan spiritual dan emosional. Ia tidak bereaksi secara impulsif, melainkan mempertimbangkan dampak sosial dari tindakannya.
“Orang yang baik itu orang yang bisa ngempet. Ngempet bukan merupakan perkara mudah. Apalagi dalam kehidupan plural yang menuntut kita berinteraksi dengan berbagai karakter. Namun, di situlah kemuliaan seorang mukmin diuji,” ujarnya.
“Menahan marah bukan berarti pasif terhadap ketidakadilan. Ngalah tidak berarti kalah, tetapi mengedepankan cara-cara santun dan penuh pertimbangan dalam menyelesaikan persoalan,” ungkapnya
Seorang Muslim yang baik pun jelasnya, akan melakukan analisis sosial sebelum bertindak, memahami akar persoalan, konteks masyarakat, dan mencari solusi terbaik tanpa menimbulkan keretakan.
Dalam masyarakat majemuk terangnya, sikap toleran adalah keniscayaan. Toleransi bukan berarti melemahkan prinsip, tetapi kemampuan hidup berdampingan dengan damai tanpa saling menyakiti. Ini adalah bagian dari akhlak Islam yang luhur dan sangat relevan dalam kehidupan berbangsa.
“Islam mengajarkan keseimbangan, termasuk dalam berdakwah. Dakwah yang baik adalah yang memperhatikan konteks sosial dan tidak dilakukan secara berlebihan hingga menimbulkan resistensi,” ungkapnya.
Selengkapnya klik di sini.
Terpopuler
1
Koordinator Aksi Demo ODOL Diringkus ke Polda Metro Jaya
2
Khutbah Jumat: Meraih Keutamaan Bulan Muharram
3
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
4
Demo ODOL, Massa Aksi akan Jejerkan 300 Truk dari Kantor Kemenhub hingga Kemenko IPK
5
5 Fadilah Puasa Sunnah Muharram, Khusus Asyura Jadi Pelebur Dosa
6
Gus Yahya: Di Tengah Ketidakpastian Global, Indonesia Harus Bertahan dan Berkontribusi bagi Dunia
Terkini
Lihat Semua