Khutbah

Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju

NU Online  ·  Rabu, 13 Agustus 2025 | 15:00 WIB

Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju

Logo HUT Ke-80 RI. (Foto: dok. Sekretariat Negara)

Mari teguhkan tekad untuk menjadikan tema HUT Ke-80 RI “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” sebagai bagian dari pengamalan ajaran Islam. Persatuan adalah kekuatan umat yang dijaga dengan ukhuwah dan saling menghargai. Kedaulatan adalah wujud kemerdekaan yang dijalankan dengan amanah dan keadilan. Kesejahteraan rakyat adalah buah dari kerja sama, kejujuran, dan kepedulian sosial. 

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ 

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena hanya dengan takwa hidup kita akan mendapatkan keberkahan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat. 

 

Ketakwaan pula yang menjadi kunci penting dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan yang telah dianugerahkan Allah kepada bangsa kita melalui perjuangan para pahlawan. Kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga amanah besar untuk membangun kehidupan bangsa yang adil, makmur, dan diridai Allah.

 

Allah berfirman:

 

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 

 

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS An-Nahl: 90)

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Saat ini kita berada pada bulan Agustus 2025 yang merupakan momentum perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Pada tahun ini, HUT RI mengangkat tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Tema ini tentunya bukan sekadar slogan saja. Ada 3 hal yang ingin diwujudkan melalui tema untuk mewujudkan Indonesia maju yakni persatuan, kedaulatan, dan juga kesejahteraan. 3 hal ini juga merupakan pilar penting dan amanat sejalan dengan nilai-nilai Islami.

 

Pertama adalah persatuan. Islam memosisikan persatuan sebagai pilar kekuatan umat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

 

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ

 

Artinya: "Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai" (QS. Ali Imran: 103). 

 

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, persatuan bisa dimaknai dengan mengesampingkan perbedaan yang memecah belah, memperkuat rasa kebersamaan, dan mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan. Sejarah membuktikan, kemerdekaan Indonesia diraih melalui tekad dan persatuan semua elemen bangsa tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang.

 

Dalam Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari menyampaikan sebuah fatwa yang mengingatkan pentingnya persatuan. Beliau menyebut bahwa telah menjadi sebuah keniscayaan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senang berkumpul dan bersosialisasi. Kebersamaan dan ikatan batin satu sama lain, saling membantu dalam menyelesaikan satu kepentingan bersama, dan bersama-sama maju dalam satu komando adalah sebuah hal penting bagi terwujudnya kebahagiaan.

 

Persatuan juga menjadi faktor pendorong yang kuat bagi terbentuknya rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Persatuan merupakan modal terbesar bagi umat. Persatuan juga merupakan sebab sekaligus sarana yang paling ampuh untuk mencapai itu semua.

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Kedua adalah Kedaulatan. Kedaulatan dalam Islam bukan hanya berarti bebas dari penjajahan, tetapi juga kemandirian dalam menentukan arah kehidupan sesuai nilai-nilai yang diridai Allah. Kedaulatan negara harus dijaga melalui kekuatan moral, politik, ekonomi, dan budaya yang mandiri. Terlebih dalam era globalisasi, tantangan kedaulatan bukan lagi hanya ancaman militer, tetapi juga penetrasi ideologi dan sistem ekonomi yang dapat melemahkan nilai-nilai bangsa melalui pesatnya perkembangan teknologi.

 

Terkait dengan kedaulatan, Rasulullah telah memberi contoh dalam bentuk Piagam Madinah yang menjadi inspirasi membangun sistem kedaulatan pemerintahan yang Islami berdasarkan kesepakatan bersama warga bangsa. Rasulullah mengembangkan negara berdasarkan kesepakatan dan perjanjian di Madinah. Rasulullah memimpin umat untuk tetap menjaga komitmen dalam kebersamaan yang diatur dalam Piagam Madinah. 

 

Menjaga kedaulatan ini akan menumbuhkan rasa cinta pada bangsa dan negara. Kecintaan pada bangsa ini juga ditunjukkan oleh Nabi pada Kota Makkah yang terekam dalam haditsnya dari Ibnu Abbas:

 

مَاأَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍوَأَحَبَّكِإِلَيَّ،وَلَوْلاَأَنَّ قَوْمِيْ أَخْرَجُوْنِيْ مِنْكِ،مَاسَكَنْتُ غَيْرَكِ 

 

Artinya: "Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu,” (HR Ibnu Hibban).

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Ketiga adalah kesejahteraan. Kesejahteraan adalah buah dari persatuan dan kedaulatan yang terjaga. Kesejahteraan juga merupakan cita-cita Al-Qur'an yang telah Allah tegaskan dalam surat Saba ayat 15:

 

لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ 

 

Artinya: “Sungguh, pada kaum Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.”

 

Dalam ayat ini disebutkan bahwa dalam membangun kesejahteraan Masyarakat, tidak hanya dilakukan secara material, tetapi juga secara spiritual. Dari ayat ini kita juga bisa memahami bahwa mendapatkan kesejahteraan bukan hanya di bumi namun juga meraih kesejahteraan melalui ampunan Allah Swt di akhirat nanti. 

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Visi “Indonesia Maju” dalam tema HUT RI ke-80 sejalan dengan misi Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Kemajuan bukan hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi juga dari kemajuan moral, ilmu pengetahuan, teknologi, dan akhlak bangsa. Negara yang maju adalah negara yang rakyatnya beriman, berilmu, bekerja keras, saling membantu, serta menjunjung tinggi keadilan.

 

Momentum HUT Ke-80 Republik Indonesia menjadi pengingat bahwa kemerdekaan adalah amanah besar yang harus dijaga melalui persatuan yang kokoh, kedaulatan yang bermartabat, dan kesejahteraan yang merata. Sejalan dengan ajaran Islam, semua elemen bangsa hendaknya terus bekerja sama membangun Indonesia yang kuat, adil, dan makmur, menuju cita-cita Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, negeri yang baik dan mendapat ampunan Allah.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ، فَيَاعِبَادَ ﷲ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ

 

إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

 

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.